Jazz Gunung Bromo 2016 Hari Pertama, Pengunjung dan Musisi Tetap Rayain Kemerdekaan dalam Kehangatan
Genmuda – Festival jazz tahunan bertaraf internasional, Jazz Gunung Bromo 2016 akhirnya resmi digelar nih, Kawan Muda. Masih dengan konsep alam terbuka sesuai dengan judulnya, uniknya kali ini hal itu justru nimbulin kehangatan tersendiri di antara semua pihak yang hadir.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Jazz Gunung Bromo diadain di bulan Agustus. Bahkan, walau masih berlokasi di Jiwa Jawa Resort dan kembali dipersembahin oleh BCA, Jazz Gunung Bromo yang ke-8 ini digelar cuma berselang dua hari setelah peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-71. Oleh karena itu, tema yang diusung pun berbunyi ‘Pesta Merdeka di Puncak Jazz Raya’.
“Ini Jazz Gunung yang paling istimewa, karena biasanya diadakan di bulan juni atau juli. Di sini, kita mensyukuri kemerdekaan indonesia dan bersama Jama’ah Al-Jazziyah kita menemukan kehangatan,” kata Butet Kartaredjasa di hari pertama Jazz Gunung Bromo 2016, Jumat (19/8).
Nah, di hari pertama Jazz Gunung Bromo 2016, kabut tebal udah terlihat dari sekitar pukul 15.00 WIB. Di satu sisi, hal tersebut jelas bikin pemandangan gunung di belakang panggung sama sekali engga terlihat. Sebaliknya, hal yang sama itu justru bikin para penonton jadi lebih fokus ke para musisi yang lagi tampil di atas panggung dan suasana yang tercipta lewat penampilan mereka.
Kehangatan musik
Tahun ini, musisi yang berkesempatan buat ngebuka hari pertama sekaligus seluruh rangkaian acara Jazz Gunung Bromo 2016 adalah Fussion Jazz Community. Menyusul setelahnya, giliran Samba Sunda yang unjuk kebolehan dengan dua sindennya yang cetar abis. Di samping itu, ada pula Ian Scionti Trio dan Ermy Kulit.
Well, iya sih jadwal penampilan para musisi di hari pertama Jazz Gunung Bromo 2016 emang ngaret dari yang semula udah ditentuin. Meski begitu, hal tersebut engga nyurutin semangat para pengunjung yang hadir. Justru, makin malam semangat mereka akhirnya makin kebakar dan kehangatan musik makin terasa di antara mereka dan para musisi.
Sebut aja contohnya saat penampilan Ring of Fire feat. Bonita & Ricad Hutapea. Permainan Djaduk Ferianto-nya udah nyentrik, eh masih ditambah lagi dengan lengkingan suara Bonita dan Silirwati sekaligus permainan saxophone epik dari Ricad Hutapea. Tangan yang tadinya dingin pun jadi langsung panas gara-gara engga bisa berhenti tepuk tangan.
Selain itu, engga kalah bikin ‘anget’ dari kolaborasi maut Ring of Fire feat. Bonita & Ricad Hutapea, ada pula kolaborasi Dwiki Darmawan bersama tiga musisi Australia dan seorang musisi Indonesia lainnya dalam Indonesia-Australia Jazz Connection. Entah abis makan apa, yang jelas mereka tampil seakan kayak lagi kesurupan (dalam arti baik). Apalagi Om Dwiki Darmawan, mentang-mentang lagi berulang tahun ke-50, eh mainnya malah kayak masih berusia 30 tahun.
Namun demikian, penampilan paling petjah dari hari pertama Jazz Gunung Bromo 2016 engga lain dan engga bukan berasal dari Shaggydog. Tampil sekitar pukul 21.40 WIB, kehadiran band asal Yogyakarta itu sukses manasin suasana. Penonton yang tadinya cuma duduk atau joget-joget di tempat langsung ngerapat ke panggung buat joget bareng para personil Shaggydog.
Singkatnya, dari yang masih bocah sampai yang udah pada punya cucu, semuanya tumpah ruah di depan panggung pada penampilan Shaggydog, yang memulai pertunjukannya dengan . Mulai dari ‘Anjing Kintamani’, ‘Doggy Doggy’, ‘Lagu Rindu’, ‘Ditato’, ‘Kembali Berdansa’, ‘Sayidan’, sampai lagu baru ‘Damai Sejahtera’, engga ada lagu engga yang bisa bikin goyang di penampilan Shaggydog.
Kehangatan canda
Salah satu hal paling ikonik dari Jazz Gunung Bromo bisa dibilang adalah para MC-nya yang super duper konyol dan kocak abis. Secara khusus, yang Genmuda.com maksud di sini adalah duo gokil Alit dan Gundi.
Dari tahun ke tahun, mereka selalu aja punya segudang lawakan yang berasal dari hal-hal sederhana tapi nendang banget. Ditambah kehadiran Butet Kartaredjasa, jadi makin heboh aja deh panggung Jazz Gunung Bromo 2016.
Emang kayak gimana sih candaan Alit dan Gundi plus Mas Butet? Well, kalo ada Mas Butet, biasanya sih Alit dan Gundi yang bakal jadi bahan ledekannya. Misalnya aja saat Alit dan Gundi nanya Mas Butet gimana cara beliau ngisi kemerdekaan, Mas Butet cuma ngejawab kalo, “Saya mengisi kemerdekaan dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada 2 MC yang jarang laku.” Kasian banget lah pokoknya duo unik itu, Kawan Muda!
Kehangatan kebersamaan
Nah, ini dia nih yang paling penting dari acara Jazz Gunung Bromo. Iya sih cuacanya emang dingin banget. Tapi, dengan nikmatin musik bagus, asyik joget, dan ngehabisin waktu bersama di acara tersebut, dinginnya Bromo perlahan engga bakal begitu kerasa.
So, buat kamu yang berada di kawasan Malang, Surabaya, dan sekitarnya, yuk datang dan rasain sensasi serupa di hari kedua Jazz Gunung Bromo 2016, Sabtu (20/8)! (sds)