Genmuda – Film Athirah yang bakal rilis 29 September 2016 jadi salah satu film keluarga yang dirilis pada semester akhir tahun ini. Terinspirasi dari kisah nyata yang ditulis oleh Alberthiene Endah, ada banyak makna yang terkandung dalam film ini.
FYI, Mira Lesmana sebagai produser juga udah menyiapkan rencana menayangkan film ‘Athirah’ di Festival Film Vancouver (29/9 – 14/10), Busan International Film Festival (6/10 – 15/10), dan Tokyo International Film Festival (25/10 – 3/11). Secara engga langsung, film garapan Riri Riza ini juga menyasar pasar internasional. Ntap!
Bukan cuma film drama keluarga ‘biasa’
Kisah Athirah dimulai dengan ngegambarin kehidupan Athirah (Cut Mini Theo) bersama suami dan anak-anaknya. Mereka memulai kehidupan baru di Makassar dengan harmonis. Sang suami (Arman Dewatri) adalah seorang tokoh masyarakat dan memiliki bisnis besar untuk menghidupi keluarganya.
Sosok Athirah pun adalah cerminan wanita mandiri. Dalam rumah tangganya yang harmonis ia sangat setia kepada sang suami, menjaga rumah, dan mengurus anak-anaknya selama sang suami bekerja. Namun background keluarga harmonis tersebut berubah saat sang suami jarang pulang ke rumah.
Sebagai seorang istri Athirah memiliki firasat jika suaminya menikah dengan perempuan lain. Dan kejadian itu pun benar adanya. Seketika kehidupan keluarga kecil itu berubah, bahkan anaknya yang dipanggil Ucu (Christoffer Nelwan) harus menerima kenyataan pahit atas kondisi tersebut.
Tanpa banyak bicara
Di film ini, tokoh Ucu emang engga banyak bicara. Waktu fokus scene ke doi, penulis ingat betul jika dialog anak laki-laki ini paling banyak dua hingga tiga kalimat aja. Tapi jangan disepelein dulu guys. Karena faktor inilah emosi karakter di film makin terasa jelas walau tanpa harus banyak dialog.
Di sisi lain, baik Athirah, Ucu, hingga semua pemain yang nongol di film ini mampu menghidupkan nuansa asli orang bugis. Semua dialog serta logat yang digunakan sangat natural dan engga terasa dibuat-buat.
Penulis juga mengapresiasi pilihan set yang dipilih Riri Riza. Doi cerdik banget nyari set yang pas buat scene-scene tertentu. Belum lagi sudut pandang sama komposisi pengambilan gambarnya bisa nyeritain banyak hal.
Lagu-lagu bernuansa Makassar juga mendukung keseluruhan jalan cerita dan settingan masyarakat Bugis. Kalo kamu berasal dari luar daerah itu, kamu pasti udah bisa menikmati dan hanyut dalam atmosfernya. Sebab kombinasi tata suara, akting pemain, dan pengambilan gambarnya udah cukup ngegambarin apa yang dirasain oleh keluarga Athirah pasca kepergian sang suami.
Banyak pesan moral
Dengan perjalanan hidup yang dikisahkan, Athirah emang mengandung banyak pesan moral buat semua penontonnya. Misalnya aja pesan buat menabung atau berinvestasi di tempat yang tepat, seperti yang dilakukan Athirah buat survive menjalani hidup ditinggal suami hingga pesan supaya engga gampang putus asa yang jadi modal utama.
Walau Mira Lesmana bilang ini bukan film tentang ‘perjuangan’ banget, namun Athirah mampu membuat para penonton hanyut dan kagum dengan caranya mempertahankan keutuhan keluarga. Singkatnya ini benar-benar jadi film keluarga yang worth it banget loh buat Kawan Muda tonton. Kalo engga percaya, langsung aja buktiin sendiri.
(sds)