Genmuda – Pengikisan ozon di Kutub Selatan bumi terbukti semakin berkurang sejak gencarnya kampanye menyelamatkan bumi 1987. Tapi bukan berarti kamu udah bisa semena-mena terhadap bumi sebab masih kondisi ozonnya masih jauh dari stabil.
September 2015 lalu, penelitian Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat menyimpulkan bahwa pengikisan ozon bumi udah berkurang 4 juta kilometer persegi sejak kondisinya diketahui pada 2000. Besarnya kira-kira setara dengan setengah wilayah AS.
Susan Solomon, pakar kimia atmosfer MIT yang mengepalai penelitian itu menegaskan, “Upaya yang dilakukan penduduk bumi untuk mengurangi pengikisan ozon terbukti berhasil.” Sejak ditandatanganinya Perjanjian Montreal (Montreal Protocol) 1987, negara-negara sepakat buat mengurangi penggunaan chloroflourocarbons (CFCs) dari aerosol, dry-cleaning, kulkas, dan AC.
Zat-zat yang di Indonesia juga dikenal sebagai freon itu lah yang diyakini memicu pengikisan ozon, serta menjadi salah satu faktor pemicu global warming. “Bumi sudah merespon upaya kita,” pungkas Solomon seperti dikutip Live Science, 30 Juni lalu.
Apa dampaknya kalo lapisan ozon menipis?
Hasil penelitian MIT itu jelas membawa kabar baik, mengingat sepanjang September-November lalu Stratospheric Ozone Monitoring and Research (SOMR) memantau adanya pengikisan hingga 60% lapisan ozon Kutub Selatan berdasarkan pencitraan satelit. Bukan hanya itu, kejadian serupa juga terjadi di Kutub Utara.
Lapisan gas yang menyelimuti bumi itu menyaring sinal ultraviolet matahari yang berbahaya. Tanpa adanya penyaringan, sinar ultraviolet dapat memicu kanker apabila kulit terpapar langsung. Kalo kata SOMR, lapisan ozon juga berpengaruh terhadap stabilitas suhu bumi.
Menurut Live Science, meningkatnya suhu bumi juga terjadi karena mengikisnya lapisan ozon. Ketika suhu bumi semakin meningkat, es di wilayah kutub akan semakin mencair dan menyebabkan meningkatnya muka air laut.
Sembuhnya lama
Meski temuan peneliti MIT itu jelas membawa kabar baik buat penduduk bumi, bukan berarti warga bumi perlu menggunakan Freon dan mengikis bumi seenaknya sendiri. “Bila upaya warga bumi konsisten, ozon bumi bisa sembuh dalam waktu 40 tahun lagi,” kata asisten peneliti Douglas Kinnison dari Pusat Penelitian Atmosfer Colorado, AS.
“Bagaimanapun juga, hasil upaya go-green manusia sifatnya fluktuatif. Tiap tahun dampaknya berbeda-beda, tergantung kondisi alam,” kata Kinnison. Pasalnya, pengikisan ozon juga bisa terjadi akibat gas erupsi gunung merapi.
Sewaktu meletusnya Gunung Calbuco, Chile pada 2015, penelitian menunjukkan lapisan ozon terkikis drastis akibat zat sulfur dioxide yang tererupsi. Menurut Live Science, zat itu bisa berubah menjadi senyawa aerosol yang berbahaya bagi atmosfer.
Di kesempatan yang berbeda, para peneliti Inggris menyatakan lapisan ozon bakal pulih seperti sedia kala pada 2060 hingga 2075 apabila manusia engga menggiatkan upaya go-greennya. “Kita hanya bisa menunggu upaya baik kita membuahkan hasil,” pungkas Kinnison. (sds)