Genmuda – Pasca serangan teroris 11 September 2001, Pemerintah Amerika Serikat lewat CIA langsung membentuk anggota kesatuan Green Beret untuk menjalankan misi paling berbahaya di Afghanistan. Semuanya berlangsung cepat dan rahasia, bahkan gak ada satupun pihak dari luar pemerintah AS yang mengetahui operasi tersebut.
Kejadian bersejarah itu kemudian menjadi inspirasi bagi sutradara Nicolai Fuglsi dan produser Jerry Bruckheimer, untuk menggarap film “12 Strong” sebagai bentuk apresiasi kepada 12 anggota kesatuan Green Beres. Terus, gimana ya keseruan dari film ini? Kawan Muda langsung baca aja review lengkapnya kali ini.
12 prajurit siap mati
Publik Amerika Serikat gempar setelah serangan teroris 9/11 yang meruntuhkan gedung World Trade Center. Anggota pasukan khusus, Kapten Mitch Nelson (Chris Hemsworth) yang menyaksikan berita tersebut dari TV mendesak dirinya untuk terjun ke medan pertempuran bersama 11 orang anggota lainnya. Perpisahaan dengan keluarga terpaksa dilakukan demi tugas mulia abdi negara.
Jalan cerita terus berjalan cepat, Nelson langsung memanggil semua anggotanya, membetuk tim kecil, dan mendarat di wilayah musuh yang belum pernah dimenangkan oleh pasukan AS. Tujuan mereka cuma satu, berhasil masuk ke kota Mazar-i-Sharif yang dikuasai oleh pasukan Taliban. Green Beret juga bersekutu dengan pasukan anti-Taliban daerah Utara pimpinan Jendral Abdul Rashid Dostum (Navid Negahban).
Cuaca ekstrim, medan yang berat, hingga minimnya persenjataan jadi tantangan terberat bagi 12 orang pasukan khusus tersebut. Saat anggota Taliban ‘mondar-mandir’ dengan tank baja dan mesin peluncur rocket, mereka cuma bermodalkan seekor kuda sambil menunggu bala bantuan pasukan udara AS. Praktis gak ada lagi bala bantuan untuk mereka, selain memilih bertempur atau mati.
Efeknya keren, ceritanya kurang
Walau udah satu dekade berlalu, kisah pasukan di film “12 Strong” emang terasa keren kalo kita baca atau denger ceritanya. Sayang aksi heroik mereka terkesan lebih drama begitu digarap oleh Fuglsi. Meski bala bantuan serangan udara dan efek yang ditawarkan cukup lumayan ngehibur, cerita filmnya malah keliatan terlalu didramatisir dan adegan perangnya juga susah buat dinikmati.
Secara umum, penonton dengan mudah ngebedain mana tentara Amerika dan anggota anti-Taliban hanya dengan melihat fisik serta seragam mereka. Tapi, hal serupa bakal berbanding terbalik jika pasukan Anti-Taliban bentrok dengan anggota Taliban. Kenapa? Karena sepanjang film seragam mereka mayoritas sama aja, gengs. Berjubah lengkap dengan turban.
Inilah yang kemudian bikin adegan perangnya terasa gagal paham buat dinikmati. Ajaibnya lagi, saat pertempuran Nelson cs. bisa ngenalin mana lawan mana kawan, biarpun seragamnya nyaris sama dan mereka baru kenal dalam hitungan jam.
Sepanjang 130 menit durasi film, Fuglsi emang keliatan masa bodo sama hal ‘membingungkan’ itu. Doi cuma menonjolkan aksi Nelson dan temen-temennya bertempur di atas kuda sambil menembaki musuh dan melumpuhkan serangan peluncur rocket milik Taliban. Hasilnya? Adegan perangnya anti klimaks, padahal efeknya udah lumayan wah.
Terlepas dari keakuratan cerita sejarah, “12 Strong” masih tertolong sama akting Chris Hemsworth. Pemeran ‘Thor’ ini terlihat mantap menjadi seorang leader pasukan berani mati. Sedangkan Michael Shannon, yang dipercayai memerankan Hal Spencer, mampu menghadirkan sisi humoris sebagai tangan kedua Neslon.
Dengan judul “12 Strong” Genmuda.com awalnya berharap penonton bisa nemuin sisi menarik atau aksi heroik lainnya dari 10 anggota lainnya, namun amat disayangkan semua itu gak dihadirkan lewat film ini. Kesimpulan yang bisa kami kasih ke kamu sih cuma satu, “Kalo kamu suka film perang yang asal dar-der-dor, film ini jelas menarik buat kamu ikutin.”
Micheal Pena, Trevante Rhodes, dan William Fichtner jadi nama-nama lainnya yang terlibat dalam film ini. Di Indonesia filmnya dirilis dua minggu setelah waktu perilisan Amerika Serikat (19/1). Nih, cuplikan trailernya, gengs!