Genmuda – ‘Cap-cip-cup’ atau untung-untungan kerap dijadiin cara yang dilakukan orang buat ngambil keputusan pas galau. Itu terjadi karena saat pengambil keputusan sama sekali buntu dan belum tau dengan apa yang mereka inginkan.
Menurut situs New York Magazine, Selasa (23/8) fenomena ‘Cap-cip-cup’ terjadi karena manusia pada dasarnya gagal move on. “Kalau diberi pilihan antara merk baru yang lebih baik dan merk lama yang sudah dikenal, manusia cenderung memilih merk yang familiar,” tulis majalah itu.
Berdasarkan pendapat itu, sebanyak 55% orang ngandelin ‘Cap-cip-cup’ ketika berhadapan sama pilihan yang bikin galau. Ekonom AS bernama Steven D Levitt meneliti fenomena itu dan menerbitkan studinya dalam makalah berjudul ‘Head or Tails’ dan dipublikasikan Biro Penelitian Ekonomi Nasional Amerika, Agustus 2016. Berikut ini adalah momen galau yang bikin orang pakai cara ‘cap-cip-cup’ menurut Levitt.
1. Perlu keluar dari kerjaan atau engga?
Pindah kerja merupakan hal yang wajar terjadi. Tapi biasanya orang yang mau cabut dari kerjaannya bakal menghadapi kegalauan hebat. Meski ada kerjaan yang jauh lebih baik udah nungguin, rasa takut menganggur selalu bikin orang mengurungkan niat.
Dari penelitian Levitt, ada 2.186 orang dari 165 ribu peserta penelitian yang ngandelin ‘Cap-cip-cup’ (Levitt menggunakan istilah coin toss) buat mutusin kegalauan itu. Uniknya, sebanyak 55% peserta survei ngambil keputusan sesuai hasil ‘cap-cip-cup’-nya.
2. Putus atau engga?
Selanjutnya, ada 1.686 orang yang ngandelin cara serupa buat putus dari pacar atau cerai dari pasangannya. Cara tersebut ngebantu banget orang yang udah engga ngerasa nyaman sama hubungan mereka, tetapi engga ada konflik juga yang bikin hubungannya berakhir. *Ya, intinya sih cari-cari masalah aja biar putus.
3. Perlu sekolah lagi atau engga?
Keputusan ini menghantui bukan cuma remaja yang baru lulus pendidikan wajib SD-SMA, tapi juga anak muda yang udah lulus pendidikan S1. Gelar sarjana itu belum cukup tinggi buat bersaing di dunia kerja, namun udah cukup buat bikin orang diterima kerja. Ngelanjutin pendidikan S2 jadi pilihan membingungkan, karena belum tentu lulusan S2 langsung dapet kerja dan posisi lebih bagus daripada mereka yang lulusan S1.
4. Nikah sekarang ga ya?
Anak muda yang belum waktunya nikah mungkin ngeliat sebuah perkawinan sebagai hal cantik yang jadi tujuan akhir hidup. Namun, orang yang masuk ke dalam usia ‘ditanya kapan nikah’ mungkin berpikiran lain. Menikah berarti memasuki babak baru yang selama ini belum pernah dihadapi sebelumnya. Meski begitu, lebih dari 1.000 orang yang diteliti Levitt bilang kalo keputusan nikahnya dilakukan berdasarkan ‘Cap-cip-cup’.
5. Ubah gaya hidup engga?
Ini juga merupakan kegalauan cukup penting yang sering diputuskan lewat ‘Cap-cip-cup’ menurut Levitt. Biasanya itu dilakukan ketika orang bingung soal berhenti merokok atau engga; mulai ngegym atau engga; ataupun ngecat rambut atau engga. Kata Levitt sebanyak 67% peserta survei ngambil keputusan sesuai hasil ‘Cap-cip-cup’.
Dalam makalah itu, Levitt juga bilang kalo orang yang mutusin buat berubah dan move on dari keadaan lamanya cenderung lebih bahagia. “Ketika dihadapkan pada petualangan baru atau status quo yang monoton, [seseorang memilih] petualangan supaya lebih bahagia,” pungkas Levitt. (sds)