Genmuda – Belasan karya seni bertema badak sumatera dipamerin di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (19/1). Tiap karya dilelang dan semua hasilnya disumbangin buat upaya penyelamatan.
“Penelitian, pemeliharaan, dan pengelolaan penangkaran badak sumatera perlu terus dilakukan. Tak terbatas pemerintah, semua pihak harus mendukungnya,” kata Country Director Indonesian Program Wildlife Conservation Society (WCS) ke Genmuda.com.
Selain dijual, tiap karya juga kasih pesan tersendiri mengenai pendapat tiap seniman terhadap upaya penyelamatan badak sumatera. Begini kata mereka.
Citra Marina: Tak kenal maka tak sayang
Seniman muda kelahiran 1988 ini dikenal di jagat Instagram lewat karakter Choo Choo si rubah keturunan anjing yang imut-imut. Untuk pamerannya, dia bikin lukisan yang nampilin Choo Choo dengan badak sumatera.
Karya berjudul “RhinoChooros” Citra ceritain Choo Choo berkenalan, akrab, bermain, lalu sayang sama badak sumatera di habitat aslinya. Proses itu pula lah yang Citra alami saat dua minggu membuat lukisannya.
“Begitu aku terima tawaran pameran, aku langsung riset mengenai anatomi, habitat, hingga sifat badak sumatera,” kata Citra. Makin dia kenal, makin dia merasa banyak kesamaan antara badak sumatera dengan dia.
“Badak sumatera ternyata pemalu dan suka bersantai. Mirip aku,” kata dia.
Citra ngelanjutin, “Aku merasa makin sayang badak sumatera karena sekarang aku lebih mengenalnya. Aku rasa, itu cara terbaik tumbuhkan kesadaran menyelamatkan populasinya.”
Taufik M Ridwan: Menjaga keistimewaan
Salah satu karya pameran berupa jam tangan limited edition terbuat dari kayu ebony makassar. Hanya berjumlah 30 buah, masing-masing dijual dengan harga 3 juta rupiah.
Jam terbilang langka itu sama seperti langkanya badak sumatera. Namun, Taufik M Ridwan selalu perwakilan tim Matoa, –brand pembuat jam tangan nyeni itu punya sudut pandang lain.
Dengan jumlah sedikit, suatu barang justru punya nilai keistimewaan lebih tinggi. Itulah sebabnya badak sumatera begitu istimewa buat dia dan tim Matoa. Pesan dia, “Keistimewaan itu jangan sampai punah.”
Reza Mustar (Komikazer): Demi generasi mendatang
Karya Reza Mustar, seniman visual yang dikenal di jagad internet dengan nama Komikazer juga dipamerin. Karya doi berjudul “Life” punya deskripsi visual yang kuat.
Doi ngegambarin secara minimalis dan zoom-in tiga badak yang culanya dicantolin banderol harga. Bukan nominal yang tertera di situ, melainkan kata “Life” yang juga merupakan judul lukisan tersebut.
Dalam deskripsi singkat karyanya, Azer nulis, “Manusia membunuh untuk estetika, mitos, gengsi, dan bersenang-senang.”
Lebih detilnya, dia ngejelasin definisi membunuh secara luas. Bukan hanya membunuh badak, manusia juga rela, “membunuh hidup dan membunuh hak generasi mendatang untuk melihat badak.”
Mochtar Sarman: Cintai saya
Dunia hiburan mengenal Mochtar Sarman sebagai salah satu petinggi Walt Disney Corporation dengan selera kekinian. Namun, dunia seni mengenalnya sebagai salah satu seniman yang cukup berani.
Seberani apa? Seberani karyanya yang bisa jadi 3D saat dilihat dengan kacamata khusus. Karya itu nampilin kepala badak merah yang seolah di cantol ke papan sasaran tembak.
“Warna merah melambangkan situasi terancam yang dialami badak sumatera. Sementara papan sasaran tembak secara jelas menyatakan hewan itu masih jadi sasaran perburuan liar,” kata Mochtar.
Dia melanjutkan, “Kalau diperhatikan secara detil, ada tulisan L-O-V-E-M-E (cintai saya) tersebar di tiap cukilan bekas peluru. Pesan dari lukisan ini mudah saja. Berhenti berburu badak dan cintai mereka.”
Marcella Zalianty: Sayang karena lucu dan menggemasan
Marcella Zalianty yang dateng ke pameran selaku ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) tau cara tumbuhin kecintaan anak muda terhadap badak sumatera.
“Badak sumatera harus dikenalkan ke semua warga Indonesia sejak kecil. Caranya, melalui boneka badak yang kucu-lucu seperti ini,” kata dia sambil memegang boneka badak ketika buka sesi pameran, Jumat sore.
“Setelah ditampilkan sebagai hewan lucu, imut, dan menggemaskan, degan sendirinya akan tumbuh rasa sayang ke badak sumatera,” ujar Marcella. (sds)