Genmuda – Bahagianya bulan Maret ini. Bioskop isinya film-film bagus, mulai dari yang bergenre drama, action, fantasi, hingga sejarah. Ditonton sekali engga bakal puas. Jadwal coming soon juga udah diisi antrean film yang engga kalah bagusnya.
Akan tetapi, film bagus terkadang bikin bingung penontonnya. Entah itu karena ada latar belakang yang engga terjelaskan atau karena easter eggs yang bisa kelewat sehingga bikin filmnya kurang menarik. Coba deh kamu tonton satu paket film di bawah ini biar lebih paham film hitsnya.
Paket 1: “Godzilla” (2014) dan “Kong: Skull Island”
Keduanya monster karakter utama yang ada di film ini sama-sama disalahpahami manusia. Mereka juga kerjanya sama-sama berburu monster lain. Organisasi yang menemukan kedua monster raksasa di kedua filmnya pun sama. Tau engga apa lagi yang sama? Produsernya. Malah, ada gosip yang bilang kalo sang produsr udah siapin “Kong vs Godzilla” sebagai pemungkas “Trilogi Monster” ini.
Paket 2: “Forrest Gump” (1994) dan “Kong: Skull Island”
Kamu bisa pahami alasan para tentara berpangkat tinggi di “Kong” begitu suka bertempur, sementara warga sipilnya benci banget dengan perang itu setelah nonton “Forrest Gump.” Sebenernya, bisa lebih paham lagi kalo baca buku Sejarah Perang Vietnam yang banyak didokumentasikan oleh berbagai sumber, tapi nonton film lebih asik bukan?
Paket 3: “To Kill a Mocking Bird” (1962) dan “Hidden Figures”
Perangkat yang dipakai jelas jauh lebih jelek dari sekarang, tapi narasi yang dibangun sama-sama kerennya. Bersabarlah. Tonton “To Kill a Mocking Bird” (atau baca bukunya) biar kamu paham separah apa rasisme kulit putih Amerika Serikat terhadap warga kulit hitam. Kisahnya bakal ngasih latar belakang sejarah buat memahami rasisme di film “Hidden Figures.”
Paket 4: “Akeelah and the Bee” (2006) dan “Hidden Figures”
Perjuangan perempuan kulit hitam Amerika Serikat juga bisa kamu tonton di “Akeelah and the Bee.” Kalo tiga perempuan di “Hidden Figures” pengen buktiin diri sebagai pakar matematika NASA, Akeelah pengen buktiin dirinya sebagai jagoan lomba spelling. Keempat perempuan itu sama-sama diremehin, terutama karena berasal dari keluarga kulit hitam pinggir kota.
Paket 5: “Japan: Memoirs of a Secret Empire” (2007) dan “Silence”
Nonton “Silence” kayak ditonjok realita hidup. Film ini ngegambarin banget konflik budaya Timur-Barat antara warga Jepang-Pendeta. Seandainya kamu pengen dalami lebih dalam mentalitas warga Jepang di abad ke-17 tanpa perlu ke perpustakaan, langsung aja setel “Japan: Memoirs of a Secret Empire.” Pasti makin paham deh sama film “Silence.”
Paket 6: “Slumdog Millionaire” (2008) dan “Badrinath Ki Dulhania”
Jalan cerita film India yang masuk bioskop Indonesia biasanya bagus-bagus. Sayang, penulis naskahnya menganggap moviegoers di dunia paham sama kondisi sosial di India. Jadi, kalo kamu bingung latar belakang budaya di film “Badrinath Ki Dulhania,” coba abis itu nonton “Slumdog Millionaire” yang ngejelasin kondisi sosial India dari awal 1990-an hingga 2000-an.
Paket 7. “Harry Potter and The Sorcerer’s Stone” (2001) dan “Beauty and the Beast”
Dengan nonton film pertamanya “Harry Potter” kamu bakal liat kesamaan Belle dengan Hermione Granger. Sama-sama kutu buku imut yang baik hati, tapi dicibir orang lain. Seandainya kamu perhatiin detil percakapan dan properti di film penyihir cilik ini, kamu bakal temui beberapa easter eggs-nya di film “Beauty and the Beast.” Awas, jangan sampai kelewatan momen tersebut ya. (sds)