Genmuda – Pertikaian antara dua spesies yang kepentingan dan tingkat intelektualnya beda jauh engga bakal meledak selama bisa saling memahami. Caranya udah pasti dengan nyamain bahasa biar bisa berdialog tanpa harus banyak miskomunikasi.
Pesan penting tadi yang terasa dalam film “Arrival,” yang tayang sejak 5 Januari 2017 di Indonesia. Film karya sutradara Denis Villeneuve merupakan adaptasi cerita pendek berjudul “Story of Your Life” (1998) karya Ted Chiang.
Shawn Levy, Dan Levine, Aaron Ryder, dan David Linde yang jadi produser filmnya bisa bertepuk tangan puas karena naskah buatan Eric Heisserer dapet nilai 8.3 di IMDb, 94% di Rotten Tomatoes, dan 81% di Metacritic. Artinya, filmnya emang gokil abis buat pecinta film-film drama sci-fi.
Meski banyak dialog seputar istilah teknis, sains, linguistik, politik, dan kemiliteran yang engga gampang dimengerti, Heisserer malah pinter bikin dialog tersebut mengalir dan bisa ngejelasin semua istilahnya menjadi lebih mudah.
Bukan film alien biasa
Dalam sepuluh menit pertama, adegan pendaratan kapal-kapal alien yang bikin penduduk bumi gempar langsung dimunculin tanpa banyak basa-basi. Semua heboh kecuali profesor Louise Banks (Amy Adams) yang masih engga percaya peristiwa aneh itu.
Doi masih aja masuk kelas buat ngajar di hari berikutnya dan jelas kelasnya kosong karena warga pada takut keluar rumah. Kekosongan kampus itu dimanfaatin Kolonel Weber (Forest Whitaker) buat mengunjungi profesor Banks.
Doi ngasih si profesor yang kemampuannya tenar banget itu sebuah misi rahasia. Tujuannya, berkomunikasi sama alien terlepas dari perbedaan bahasanya. Dalam perjalanan ke markas misi, Banks ketemu seorang ahli matematika, Ian Donnelly (Jeremy Renner) yang juga diajak gabung ke misi berhubungan sama alien.
Donnely awalnya mencemooh karya ilmiah Banks karena menurut doi ilmu alam lah yang paling dibutuhin dalam kondisi krisis alien macam itu, bukannya ilmu bahasa. Sementara itu, Banks tetep nyantai karena pengalamannya buktiin kalo bahasa jauh lebih kuat dari matematika.
Sejak saat itu, mereka harus kesampingin semua perbedaan dan ego demi menggabungkan semua ilmu serta pengalaman mereka demi menyelesaikan misi utama, yaitu mengetahui maksud dan tujuan alien yang ‘parkir’ di Bumi.
Simpel tapi bermakna
Johann Johannsson juga patut diacungi jempol karena bikin scoring yang simpel tapi ngegiring mood penonton. Dalam adegan keren, nuansa epiknya tetep terasa, meski engga seseru scoring khas Hans Zimmer.
Meski agak sulit memahami istilah teknis yang sering muncul, alur ceritanya masih bisa dipahami. Tiap dialog yang ngebangun plot diucapin pake bahasa inggris yang mudah banget dimengerti. Tapi penulis mencatat ada beberapa dialog non Bahasa Inggris yang emang sengaja engga ada subtitlenya. Misalnya aja, waktu dialog Mandarin antara Banks dan Jenderal Shang (Tzi Ma) menjelang akhir film. Tapi tenang, inti kalimat itu tetep bisa terjelaskan dari perilaku Banks dan Shang setelahnya.
Penggambaran aliennya kurang greget
Kru animasi filmnya pun bisa berbangga diri karena engga ada animasi yang keliatan miss atau jelek. Selang-seling pengambilan gambar jarak jauh dan jarak deketnya juga sama sekali engga bikin bosen.
Meski begitu, penulis agak kecewa sama sosok alien yang dimunculin. Emang sulit ngebayangin alien berkaki tujuh yang bisa mengendarai pesawat antariksa dan bentuknya engga boleh mirip sama alien di film lain. (Tapi, engga perlu dibuat mirip ‘cumi-cumi’ kan?)
Terlepas dari deskripsi Ted Chiang soal alien heptapod di cerpennya, tim kreatif ‘Arrival’ sah-sah aja buat bikin bentuk yang jauh lebih imajinatif, nyeremin, dan sama sekali engga terpikir siapapun juga.
Intinnya, kritik kecil di atas engga bikin Genmuda.com ilfil sama filmnya kok, gaes. ‘Arrival’ tetep jadi sebuah warna baru di film alien modern dengan plot-twist luar biasa. Buat yang penasaran, liat dulu trailernya di bawah ini:
(sds)