Sabtu, 2 November 2024

Genmuda – Menurut sebuah studi, orang yang suka dan berani menerima tantangan atau resiko kemungkinan memiliki otak lebih berkembang (baca: cerdas) daripada orang-orang yang selama ini cuma stay in their comfort zone. Apa hubungannya ya, Kawan Muda?

Kamu ngerasa anak adventure dan berani abis? Selamat guys! Para ilmuwan dari organisasi penelitian Skandinavia SINTEF dan University of Turku di Finlandia menemukan ada perbedaan dalam ‘White maters’ — jaringan syaraf otak yang bertanggung jawab untuk emenganalisis dan mentransmisi informasi — antara orang yang nekat dan orang yang cemen. Mereka yang suka mengambil tantangan ternyata puunya jaringan ‘white matters’ yang lebih banyak dibandingin orang-orang yang “duh gue di sini aja deh, duh gue engga berani deh”.

Tau dari mana? IH GUE ENGGA TERIMA! *kata anak-anak yang suka berada di comfort zone*. Jadi gini, studi tersebut mempelajari sebanyak 34 anak laki-laki usia 18-19 tahun yang berpartisipasi dalam simulasi mengemudi. Anak-anak ini dikasih pilihan untuk diam aja atau menyelesaikan perjalanan secepat mungkin, tetapi menghadapi risiko tabrakan atau lampu merah. Setiap peserta diberikan poin berdasarkan tingkat risiko yang diambil.

Ternyata, dari scan neurologis, mereka yang membuat keputusan lebih cepat dan mengambil peluang serta risiko lebih nunjukin aktivitas otak yang lebih dari mereka yang memilih untuk mengemudi dengan aman. Hasil scan otak ini kemudian dibandingin sama hasil scan otak mereka sebelum simulasi. Jadi, berani nerima tantangan dan resiko mampu merangsang otak, yang mendorongnya untuk berpikir lebih cepat dan membuat respon lebih efisien, efektif, dan tepat.

“Semua bahan kimia yang ada di otak kita akan merespon positif ketika dalam kondisi seperti itu (berada dibawah tekanan dan tantangan). Inilah yang bisa membantu perkembangan jaringan saraf yang kuat yang menjadi dasar keterampilan fisik dan mental kita,” kata peneliti dan analis perilaku, Dagfinn Moe.

Tapi, penting juga buat kamu catet baik-baik kalau studi ini cuma dilakuin sama anak laki-laki aja ya. Sementara, banyak penelitian yang udah menyatakan kalau cara kerja otak laki-laki dan perempuan berbeda, dan dipengaruhi oleh faktor psikologis juga.

Selain itu, berani ngambil resiko sama berkelakuan bodoh juga beda ya guys. Jangan mentang-mentang, “Ah gue kan anaknya berani buat ngambil resiko bingitss”, terus kamu nekat buat nyoba terjun dari atas Monas pake kantong plastik yang dijadiin parasut. PLIS JANGAN!

“Yang perlu diingat di sini adalah bahwa jika Anda akan mengambil risiko, Anda harus memiliki keterampilan yang diperlukan,” kata Dagfinn Moe lagi.

“Dan ini harus dipelajari. Sayangnya, banyak orang yang gagal selama proses pembelajaran ini , dengan konsekuensi yang tragis. Jadi inilah mengapa kami menamakan penemuan kami dengan sebutan “It takes brains to take risks”.”

Tuh dengerin! Berani ngambil kesempatan, tantangan, dan resiko bisa ningkatin kerja otak sehingga kita jadi lebih cerdas, dan bisa berpikir panjang baik dan buruknya kalau kita ngelakuin sesuatu. Bukan bertindak dulu baru mikir belakangan. Semuanya perlu itung-itungan yang serius ya, Kawan Muda!

Intinya sih, kalau kita mau berkembang, kita emang harus berani keluar dari comfort zone kita. Selamat mencoba. (sds)

Comments

comments

Ratu Rima
Forever needs: Foods. Cafe latte. Holiday. Writing. BIGBANG. and... You ♥