Genmuda – Kawan Muda coba jawab deh, mana angka yang paling kecil dalam nominal berikut ini: 1,79; 1,796; 1,82; 1,783. Misalkan kamu masih berusia 15 tahun dan ngejawab 1,783 ada kemungkinan kamu engga termasuk remaja Indonesia yang ‘ketinggalan persaingan global.’ Karena faktanya 42% remaja Indonesia di usia itu engga bisa jawab pertanyaan di atas.
Itu adalah salah satu pertanyaan uji kompetensi pendidikan dasar (PISA) yang dibuat organisasi kerjasama ekonomi OECD sepanjang 2015. Selain matematika, sebanyak 540 ribu remaja Indonesia juga diuji ilmu bahasa dan ilmu alamnya.
Dari 72 negara yang ikut tes itu, Indonesia ada di peringkat 9 dari bawah. Di antara peserta, cuma 0,8% remaja Indonesia dapet nilai tertinggi sementara yang dapet nilai terendah ada 42,3%. Oke, cukup deh kabar buruknya, karena di bawah ini masih ada kabar baik dari tes kompetensi itu.
1. Naik meski merambat
Skor yang diperoleh Indonesia tahun ini lebih baik 21 poin dari hasilnya tahun 2000, waktu pertama kali Indonesia melibatkan diri di uji kompetensi ini. Salah satu sebabnya adalah perbaikan sistem pendidikan kita yang berlangsung sejak tahun itu. Hingga kini juga pemerintah masih bereksperimen supaya peringkatnya naik lagi.
Analisis OECD bilang kalo perbaikan kualitas pendidikan Indonesia termasuk yang tercepat kelima, terutama dalam bidang ilmu alam dan teknologinya. “Bila Indonesia pertahankan pertumbuhan itu, anak kelahiran tahun ini punya kans besar bersaing di dunia global 2030 mendatang,” kata analisisnya.
2. Lagi suka teknologi
Analisis risetnya juga bilang kalo remaja Indonesia lagi seneng-senengnya teknologi dan ilmu alam karena nilainya membaik sekitar 6% sejak 2006. Salah satu penyebabnya adalah perbaikan ruang laboratorium di sekolah dan menggiatnya ekstrakulikuler sains dan teknologi.
Tapi, kita perlu waspada juga karena justru makin sedikit anak remaja yang mahir ilmu bahasa. “Lebih dari setengah remaja Indonesia gagal memahami pokok pikiran sebuah kalimat,” kata analisis penelitian itu. Kesimpulannya, remaja Indonesia lagi suka-sukanya cobain ilmu teknologi yang mereka tau tapi mulai jarang membaca.
3. Pendidikan makin merata
Masih ngomongin pendidikan, data Biro Pusat Statistik nunjukin kalo remaja 13-15 tahun yang bisa mengenyam pendidikan formal jumlahnya naik sampai 88% dari tahun 2011. Secara engga langsung, perbaikan kuantitas pendidikan itu berpengaruh sama tingkat kecerdasan kita.
Kalo aja kualitasnya juga makin bagus, Indonesia bisa ngebalap Thailand di posisi 17 dari bawah, terus Vietnam di posisi 8 teratas, dan akhirnya balap Singapura yang lagi ada di puncaknya.
4. Anak-anaknya bahagia
Meski hasil riset uji kompetensi Indonesia engga begitu oke, ternyata remaja-remajanya pada bahagia. Penelitian World Happiness Report 2016 bilang kalo Indonesia ada di peringkat 79 dari 157 negara dalam daftar negara-negara paling bahagia.
Peringkat itu jauh lebih baik daripada Filipina, Tiongkok, Vietnam, Laos, bahkan India sekalipun. Tapi, tetep aja penduduk Singapura yang paling bahagia di Asia Tenggara. *puk-puk.
5. UN mau dihapus
Kebahagiaan itu engga lain karena berhembus kabar Ujian Nasional mau dihapus. Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy bahkan udah bilang Presiden Jokowi udah setuju, seperti dikutip tribunnews.com, November lalu.
Gantinya, ada ujian akhir yang soal-soalnya dibuat di tiap daerah sambil diawasi badan standarisasi nasional atau nama lainnya Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Kata beliau, UN bakal ada lagi kalo sekolah di seluruh Indonesia udah merata kualitas dan fasilitasnya.
Kesimpulannya, Indonesia masih punya harapan gede banget buat bersaing secara global, asalkan remaja-remajanya mau belajar. Apa sih salahnya jadi anak pinter? Jangan lupa tulis komentar kamu di bawah ini, ya. (sds)