Sabtu, 2 November 2024

Genmuda – Penerapan pendidikan di Indonesia makin hari makin bikin capek aja buat murid-muridnya. Setelah dulu berganti kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013 yang mengedepankan sistem ‘students center‘ dan memaksa siswa buat belajar sendiri, kali ini Menteri Pendidikan bikin kebijakan baru yang dirasa kurang bijak buat anak sekolah.

Selain itu, ada lagi yang bikin para pelajar ketar-ketir adalah aturan full day school. Aturan ini pernah dikemukakan tahun lalu, dan pak Menteri bilang gak perlu khawatir sama hal ini, karena anak-anak pesantren udah ngerasain sebelumnya. Ya jangan disamain anak sekolah sama anak pesantren ya harusnya?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendi bilang kalo di tahun ajaran baru di awal semester bulan Juli 2017 nanti bakal diterapkan sistem belajar selama 8 jam per hari dalam sepekan (5 hari). Meskipun belum diterapkan, sistem baru ini udah menuai banyak kritik dari banyak pihak karena dinilai kurang cocok sama kondisi anak dan pemenuhan fasiitas penunjang di ekolah.

Kebijakan ini diterapkan buat semua tingkatan sekolah dari SD, SMP sampe SMA, baik buat sekolah negeri maupun swasta. “Hanya lima hari, jadi disesuaikan dengan orang tua yang rata-rata juga sudah lima hari kerja,” kata pak Effendi, dikutip dari tempo.co. Kebijakan ini diharapkan bisa kasih waktu untuk anak ber-quality time sama keluarganya di akhir pekan.

Pihak yang akhirnya resah dan mempertanyakan hal ini

via: tumblr

Pasti bukan tanpa alasan Menteri kita bikin kebijakan ini. Dengan tujuan baik, doi pasti pengen anak-anak menghabiskan waktunya di sekolah supaya lebih terawasi gerak-geriknya, dan juga dengan alasan pendidikan karakter yang harus diterapkan sama sekolah.

Tapi, pihak dari Nahdatul Ulama bilang, kalo pendidikan karakter gak sepenuhnya mesti diajarkan di sekolah, tapi bisa juga di rumah, atau di lingkungan anak itu tinggal. Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj bilang “Penerapan lima hari belajar, ada asumsi anak kota terjerumus dalam pergaulan tidak baik itu tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya tidak semua anak meninggalkan kultur agama,” katanya.

Sebelumnya, Pak Effendi juga dipanggil sama presiden Jokowi terkait kebijakan ini, tapi beliau gak bilang apa-apa lagi setelah pertemuan tersebut. Beliau juga ketemu sama pihak Majelis Ulama Indonesia buat diskusi mengenai hal ini, dan beliau diminta buat menelisik lagi rencana kebijakan ini.

Beberapa hal yang mesti diperhatiin sebelum sistem ini diterapkan

©Genmuda.com/2016

  1. Anak-anak di daerah yang harus sekolah cuma sampe siang karena setelah itu harus bantu orang tuanya di laut atau di ladang. Bukannya sekolah, mereka malah mungkin bakal diberhentiin sekolah sama orang tuanya daripada mesti gak ngebantu mereka.
  2. Kondisi mental dan kesehatan anak yang kelamaan belajar dan duduk di kelas. Banyak anak yang gak cukup cuma belajar di sekolah, dan dimasukkan ke tempat les sama orang tuanya. Otomatis, mereka harus menghabiskan sisa waktunya bukan buat istirahat, tapi buat belajar lagi.
  3. Hubungan antar anak dan orang tua pun belum tentu bisa terbangun dan harmonis. Justru malah bisa makin renggang karena sedikitnya kesempatan buat berkumpul di hari biasa. Udah orang tuanya sibuk dan lelah, anaknya pun begitu.
  4. Fasilitas sekolah yang belum menunjang pun mesti terus ditingktkan supaya nanti siapp menampung anak-anak yang harus ada di sekolah dari pagi sampe sore. belum lagi untuk ruang gurunya. Fasilitas lainnya juga yaitu kantin, yang mesti siap buat menyetok makanan dari pagi sampe sore.

Jadi, masih banyak hal lain yang dipehatiin sebelum kebijakan ini bener-bener diterapkan. Kalo kamu sendiri gimana nih, Kawan Muda? Setuju gak sama hal ini? (sds)

Comments

comments

Fiany Intan Vandini
The youngest reporter on the 2nd floor of Gen Muda Office.