Genmuda – Liburan Natal kali ini berbagai genre film drama keluarga bisa kamu pilih di bioskop. Salah satu film terbaru yang bakalan tayang di momen liburan ini adalah film “Elliot the Littlest Reindeer”.
Filmnya punya premis mengenai perjuangan seekor kuda poni yang ingin menjadi salah satu rusa Sinterklas di perayaan Natal. Dengan postur tubuh kecil, ia berusaha mengalahkan para rusa dengan dorongan quote positif “Big dreamer, dream big”.
Pesan klasik
Elliot (Josh Hutcherson) tinggal di sebuah pertenakan dan ditugaskan menjadi seekor gembala kambing. Di sana ia memiliki sahabat bermana Hazel (Samantha Bee), seekor kambing sekaligus mentor Elliot untuk ikut dalam konten pencarian rusa untuk Sinterklas di malam Natal.
Sebelumnya dijelaskan pula kalo di kutub selatan seekor rusa Sinterklas memutuskan pensiun sehingga sejumlah peternakan di seluruh dunia berusaha melatih rusa mereka untuk menggantikan posisi tersebut. Elliot sangat antusias mengikuti seleksi tersebut, namun keinginannya ditolak oleh pelatih sekaligus pemilik peternakan, Walter (Rob Tinkler).
Walter yang merupakan mantan atlet terlihat cuma bisa fokus pada kemenangan kontes pencarian rusa Sinterklas. Ia kemudian berniat untuk menjual peternakannya kepada seorang rentenir, Nona Ludzinka yang punya niat buruk kepada semua hewan di perternakan. Elliot yang mengetahui niat Ludzinka berusaha memberi tau Walter sampai akhirnya kuda kecil itu ikut terlibat dalam kontes rusa terbaik di kutub selatan.
Gak konsisten dan ngebingungin
Konflik maupun tokoh yang ditawarkan oleh sutradara Jennifer Westcott emang gak cuma seputar Elliot dan Walter doang, masih ada permasalahan antara para peri, Sinterklas, dan seorang jurnalis bernama Corkie (Morena Baccarin). Inilah yang kemudian bikin ceritanya jadi kurang konsisten.
Pada satu adegan digambarkan jika hanya para peri dan Sinterklas yang bisa mengerti bahasa manusia dan hewan. Tapi pada satu adegan, Corkie yang notabene seorang manusia, seolah-olah bisa langsung mengerti dialog Hazel tanpa harus bingung maksud kambing kecil tersebut apa. Setelahnya, kedua justru berusaha mengartikan wawancara dari rusa yang pensiun dengan bantuan kamus hewan. Agak aneh emang, kenapa gak dari awal para hewan dan manusia bisa langsung berkomunikasi? Mengingat ini kan cuma film animasi.
Gak konsistennya pakem cerita juga bikin konfliknya terlalu banyak. Buat memangkas durasi akhirnya sejumlah konflik seperti dibikin ‘sekenanya’ dan yang penting beres. Akhirnya dunia imajinasi yang digambarkan selama 85 menit malah terlihat serba tanggung dan ngebingungin.
Kesimpulannya
Elliot emang bukan diproduksi oleh studio animasi besar seperti Disney atau Dreamworks, jadi agak kurang adil kalo harus Genmuda.com bandingin. TAPI salah satu kelemahan pada segi animasi film ini justru terdapat pada bagian editing yang terlihat kurang mulus dan masih terlihat patah-patah.
Buat penulis cerita “Elliot the Littlest Reindeer” masih cukup menghibur KALO cuma fokus mengembangkan konflik antara Walter dengan Elliot, mengingat durasi filmnya emang gak sampai 2 jam. Tapi gara-gara inkonsitensi yang serba tanggung di sejumah tokoh bikin cerita film ini terasa ngebosenin.
Tertarik menontonnya, gengs?