Genmuda – Kehebatan Soedirman dalam dunia militer Indonesia engga perlu dipertanyakan lagi. Tanpa kehadiran beliau, belum tentu militer kita yang tertinggal dari segi sarana dan prasarana bisa gempur balik pasukan Belanda, 1945-1949.
Nama pahlawan kelahiran 24 Januari 1916 itu mencuat setelah bergabung ke tentara PETA pada 1944. Usai memberontak di organisasi itu, doi kabur dari penjara pusat penahanan Jepang di Bogor, lalu kembali ke Jakarta buat bertemu Presiden Soekarno setelah Indonesia Merdeka.
Bahkan penyakit tuberculosis memaksanya mengempiskan satu paru-paru kanannya, doi masih bisa tegar. Sehari setelah keluar rumah sakit, beliau langsung memimpin tentara Indonesia long march gerilya sepanjang 100 kilometer.
Di masa mudanya, orang mengira Soedirman bakalan jadi orang besar, tapi engga ada yang sangka beliau bakalan sekeren cerita di buku-buku sejarah Indonesia. Kalo kamu masih kepo, simak aja sepak terjang doi di masa muda berikut ini:
1. Anak mesjid
Sudirman belajar agama dari Kyai Haji Qahar sejak kecil. Ajaran guru rohaninya itu bikin beliau engga pernah bolos beribadah di masjid dan rajin mengaji. Saking taat agamanya, beliau juga dipercaya mengumandangkan adzan dan iqamat di masjid.
2. Di-bully
Meski punya guru rohani, Soedirman tetep disekolahin di Hollandsch Inlandsche School (HIS), alias sekolah pribumi yang kalo sekarang setara SD. Karena lahir dari keluarga biasa aja dan diadopsi camat, beliau sering dicengin temen-temen sekolahnya yang mayoritas adalah keturunan ningrat, pengusaha tajir, atau punya koneksi dengan antek Belanda.
3. Pindah sekolah
Selain sering di-bully, Soedirman juga mengalami cobaan berat lain bagi remaja seusianya. Yakni, sering pindah sekolah. Karena temen-temennya sering nakalin beliau, Soedirman dipindah ke Taman Siswa. Belum selesai belajar, doi dipindah lagi ke Sekolah Menengah Wirotomo karena Taman Siswa ditutup paksa Belanda.
4. Belajarnya akselerasi
Di Wirotomo itulah kepribadian Soedirman bener-bener tercetak. Cara berpikir gurunya yang kebanyakan nasionalis perjuangan juga melekat di otak Soedirman. Guru-gurunya juga mengakui keenceran otak calon jenderal itu. Ketika temen sekelasnya masih belajar tingkat satu, Soedirman udah paham pelajaran tingkat dua.
Bukan cuma itu, Soedirman pun semacam dapet beasiswa dari sekolahnya. Ketika ayah angkatnya, Cokrosunaryo wafat pada 1934 dan orang tua Soedirman jatuh miskin, sekolah masih mengizinkannya lanjut belajar tanpa bayaran.
5. Diajar langsung oleh Raden Muhammad Kholil
Pelajaran favorit Soedirman menurut guru-gurunya adalah matematika, ilmu alam, Bahasa Belanda, dan Bahasa Indonesia. Selain giat belajar ‘Ilmu Barat’ seperti itu, Soedirman juga masih taat belajar agama. Kali itu doi berada di bawah ajaran ustad Raden Muhammad Kholil.
6. ‘Haji sebelum waktunya’
Karena prestasi akademik dan agamanya menonjol, temen-temen kelas Sudirman memanggilnya dengan nama ‘Haji.’ Soedirman juga sering ngasih ceramah ke temen-temennya. Di sekolah itulah Soedirman merasa feels like home.
7. Aktif di mana-mana
Buku Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman menuliskan kalo Soedirman muda aktif di Perkumpulan Siswa (semacam OSIS) Wirotomo, klub drama, kelompok musik, dan jadi pemain belakang di sepak bola sekolah.
Selain itu, Soedirman juga lah yang membantu pendirian organisasi Pramuka Muhammadiyah yang bernama Hizbul Wathan (HW) cabang Cilacap. Setelah lulus dari Wirotomo, Soedirman langsung diangkat jadi ketua HW Cilacap.
8. Guru banget
Pekerjaan pertama Soedirman sebelum terlibat urusan militer adalah guru. Doi belajar keguruan di Kweekschool sekitar 1935 yang dikelola Muhammadiyah Solo, tapi cuma bertahan setahun karena engga punya biaya.
Beliau pun kembali ke Cilacap dan meminta tolong guru-gurunya di Wirotomo buat ngajarin teknik jadi guru yang baik. Pada 1936 barulah Soedirman diangkat jadi guru SD Muhammadiyah Cilacap. Ketika itu usianya masih 19-20 tahun.
9. Jago bercerita
Selama mengajar, Soedirman sering andalin dialog dan bertutur tentang kehidupan para nabi dan kisah wayang untuk mengajar soal moral. Sifatnya yang juga adil dan sabar membuat beliau populer di kalangan murid.
10. Jadi Kepala Sekolah di usia muda
Kerjanya yang bagus dan sifatnya yang tekun jelas membawa beliau hingga terpilih sebagai kepala sekolah meski tanpa memegang ijazah keguruan. Ketika doi jadi pemimpin sekolah, usianya masih belum 30 tahun loh.
Itulah sepak terjang Soedirman ketika masa penjajahan Belanda. Kemudian, Jepang datang dan mengubah beliau. Pada 1944 beliau direkrut masuk tentara PETA dan aksi heroiknya seperti tertulis di buku sejarah pun dimulai. Kalo kamu penasaran sama kepribadian beliau, tinggal baca ‘Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman.’