Genmuda – Novel “Petak Umpet Minako” yang pertama kali diterbitin Rak Buku, Januari 2015 laris sampe cetakan ketiga. Gaya tulisan yang sangat visual menggoda produser Wida Handoyo memproduseri pembuatan film berdasarkan novel karya @manhalfgod yang tenar lewat Wattpad itu.
Sutradara Billy Christian digaet mimpin pembuatannya. Setelah syuting yang diwarnai kejadian mistis, tibalah proses yang paling menunda peluncuran ini, yaitu proses computer generated imagery (CGI). Penundaannya juga terjadi karena cukup sulit nentuin jadwal yang tepat.
Pada akhirnya, setelah dipikirin masak-masak, film perdana yang rilis di bawah rumah produksi Nimpuna Sinema itu tayang premier, Selasa (5/9). Lalu, meluncur untuk publik, Kamis (7/9). Cocok banget ditonton sepulang sekolah, kampus, atau kantor untuk nambah horornya malam Jumat.
Film horor untuk 17 tahun ke atas itu nyeritain upaya bertahan hidup sekelompok pemuda-pemudi dari teror arwah Minako. Keadaan tertekan, panik, dan putus asa mendorong anak-anak yang pernah berbagi cerita masa SMA itu nunjukin sifat aslinya. Kawan jadi lawan, lawan makin jadi lawan.
Reuni yang berubah jadi musibah
Awalnya, mereka cuma mau reuni di sebuah cafe setelah lama gak bertemu sampe akhirnya, Vindha (Regina Rengganis) ngajakin temen-temen ke almamater yang sekarang udah ditutup. Doi punya ide untuk main petak umpet berhantu Hitori Kakurenbo.
Upacara pemanggilan arwah dilakuin dengan darah semua orang yang dateng, nandain kalo mereka terikat semua peraturan permainan berhantu itu, termasuk larangan keluar dari area permainan. Pelanggar peraturannya bakal kehilangan nyawa.
Arwah merasuki boneka Minako Vindha dan mulai mengubah orang-orang yang tertangkap menjadi “penjaga” bersosok zombie. Satu-satunya tugas penjaga adalah mencari dan menahan peserta lain supaya gak kabur hingga akhirnya Minako dateng untuk juga menjadikan mereka sebagai penjaga selamanya.
Gaby (Wendy Wilson), Tiara (Novinta Dhini), Rendi (Nicky Tirta), dan anak-anak lain cuma bisa ngumpet menghindari Minako dan para penjaganya. Sampe akhirnya, Baron (Miller Khan) dan Kaisar (Hans Honsman) nemuin cara menghentikan permainan itu. Namun, mereka harus berkorban lebih banyak lagi.
Minako serem
Dari awal muncul sebagai boneka, Minako nyeremin. Terutama, karena mukanya yang keliatan terdisorientasi itu. Kemunculan pertamanya sebagai arwah pun munculin perasaan gak nyaman.
Adegan Minako paling serem muncul menjelang akhir film, saat hantu boneka itu melayang dengan smooth, semakin lama makin tinggi hingga akhirnya menjulang di atas Kaisar dan Baron. Penonton yang pernah ngeliat hantu terbang pasti ngerasa relatable banget sama kejadian itu.
Akting artis yang udah banyak pengalaman di dunia hiburan Tanah Air macam Miller Khan, Nicky Tirta, dan Novinta Dhini gak usah ditanya lagi. Mereka berhasil ngidupin karakternya berdasarkan kepribadian masing-masing.
Kurang teliti
Namun demikian ada beberapa ketidaktelitian yang mengganggu film dengan plot horror survival ini. Contohnya bisa diliat sendiri saat adegan Baron akhirnya ketemu Gaby, pacar yang doi cari-cari sepanjang film.
Satu potongan adegan nampilin doi bawa palu di tangan kiri, namun palu itu tau-tau pindah ke tangan kanan di potongan lain tanpa ada adegan yang nunjukin kalo Baron berganti tangan untuk mindahin palu itu.
Transisi dari satu adegan ke adegan lain juga terbilang mendadak. Misalnya, saat Baron tiba-tiba sampai di sekolah padahal dalam adegan sebelumnya masih duduk di kantor. Kalo ada adegan transisi, pasti scene itu lebih ngena ke penonton. Kemendadakan itu sayangnya, muncul berkali-kali sepanjang film.
Serial “Sherlock” yang ditayangin BBC juga dibuat dengan perpindahan adegan yang serba mendadak. Namun, ada adegan, efek kamera, atau efek komputer yang menyajikan transisi smooth sehingga perpindahannya gak ngebingungin.
Satu hal lagi yang paling menggelisahkan adalah pencahayaan. Ceritanya kan, Baron cs. main petak umpet di gedung tua yang gak dihuni lagi. Harusnya, minim penerangan dong. Namun demikian, beberapa adegan nampilin ruangan yang keliatan terang seolah ada sumber cahaya seterang lampu TL.
Sebenernya, film ini nyimpen banyak banget potensi dan terbilang oke sebagai film perdana Nimpuna Sinema. Sayang eksekusi film ini gak begitu banyak memenuhi harapan pembaca novelnya.
(sds)