Genmuda – Dongeng klasik paling populer dari penulis Inggris, Beatrix Potter, “Peter Rabbit” akhirnya resmi diadaptasi ke layar lebar oleh Columbia Pictures dan Sony Pictures Animation.
Hadir dalam format animasi, kisah kelinci berjaket biru ini menawarkan cerita komedi petualangan yang digarap oleh sutradara Will Gluck. Terus filmnya seru atau gak, ya? Langsung aja baca review Genmuda.com berikut ini.
Cerita dongeng dengan kemasan kekinian
Mirip cerita ‘Si Kancil’ dan ‘Pak Tani’ di Indonesia, Peter (James Corden) adalah seekor kelinci lucu, pemberontak, dan usil. Ia tinggal bersama sepupunya Benjamin (Colin Moody) berserta ketiga adik perempuannya, Flopsy (Margot Robbie), Mopsy (Elizabet Debicki) dan Cotton-Tail (Daisy Ridley).
Mereka semua tinggal di dalam lumbung pohon besar, persis bersebelahan dengan perkebunan milik McGregor (Sam Niell) dan rumah seorang seniman muda bernama Bea (Rose Byrne) yang juga sangat menyayangi para kelinci kecil tersebut.
Kehidupan Peter sekeluarga mulai terusik setelah McGregor berhasil menangkap ayah Peter (Bryan Brown) yang menyelinap mencuri sayuran di perkebunan. Gak lama setelah itu ibu Peter (Rachel Ward) juga meninggal. Sejak saat itulah, Peter berusaha menggantikan peran sang ayah bagi ketiga adiknya dan berambisi menguasai perkebunan milik McGregor.
Perang antara kelinci dan manusia
Niat Peter untuk mengambil perternakan tersebut akhirnya terwujud setelah McGregor meninggal karena serangan jantung. Dengan suka cita Peter kemudian mengundang semua hewan untuk melakukan pesta di rumah McGregor. Namun itu semua gak berlangsung lama, setelah kedatangan Thomas McGregor, —keponakan McGregor, yang mewarisi peternakan milik pamannya.
Di lain pihak, Thomas yang detil dan teratur dalam pekerjaannya baru aja dipecat karena perebutan posisi manajer di toko mainan tempatnya bekerja. Kecewa gak naik jabatan, ia lantas berpikir untuk menjual peternakan milik pamannya supaya bisa membuka toko mainan baru di London untuk membalaskan kekecewaannya.
Kedatangan Thomas memaksa Peter dan keluarganya harus memikirkan cara baru untuk merebut tanah mereka, sedangkan Thomas yang awalnya adalah orang kota, terpaksa tinggal di desa kecil dengan segudang permasalahan di peternakan, hingga akhirnya ia jatuh cinta dengan Bea.
Perpaduan jokes lintas generasi
Berjejer pengisi suara beken, Peter Rabbit emang gak bener-bener merujuk pada cerita aslinya. Karena karya itu udah berumur seabad, wajar kalo akhirnya Will Gluck dan Rob Lieber sebagai penulis naskah nyelipin humor ala standup comedy hingga slapstick.
Bom, jebakan tikus, garu, sampe tersengat pagar listrik, sengaja dihadirkan untuk memancing gelak tawa meskipun cuma diulang-ulang. Sekilas penonton mungkin dibuat inget humor-humor di kartun “Tom & Jerry” atau film “Home Alone”. Tapi penulis ngerasa bahwa cara tersebut masih ampuh memancing tawa penonton mulai dari anak-anak hingga orang dewasa yang menyaksikan pemutaran perdananya di Indonesia minggu lalu.
Terlepas film ini sempat dikritik oleh beberapa pihak lantaran mengolok-ngolok penderita alergi makanan, “Peter Rabbit” terbilang film yang sangat menghibur buat kamu tonton. Biarpun jalan ceritanya biasa dan gak memenuhi ekspektasi fans berat Beatrix Potter, tapi semuanya cukup terbantu oleh efek CGI yang halus dan interaksi tokoh yang menjadikan jalan cerita lebih hidup.
Di Indonesia film ini baru mulai tayang mulai tanggal 23 Februari 2018. Kalo kamu penasaran gimana aksi mereka, tonton aja trailernya di bawah: