Genmuda – Filmnya nongol premier di bioskop Indonesia, awal tahun. Pertengahan tahun, filmnya masuk daftar film terlaris. Jelang pergantian tahun, filmnya udah diputer aja di berbagai stasiun tv.
Runtutan seperti itu biasa jadi umur pendek dalam negeri sebelum akhirnya diputer di berbagai stasiun televisi. Sebenernya sih, engga ada yang salah sama hal tersebut.
Hanya aja, penonton bioskop jadi banyak yang ngerasa rugi perlu bayar padahal beberapa bulan kemudian filmnya udah nongol di tv (Bahkan bisa berulang-ulang kali).
Kamu mungkin mengira semua hal itu terjadi karena urusan duit. Engga salah, tapi masih ada beberapa faktor lain yang bisa diperhatikan seperti beberapa hal di bawah ini:
Jumlah penontonnya
Pertama udah pasti jumlah penonton film Indonesia, gaes. Film yang tergolong box office Indonesia biasanya ditonton paling engga satu juta penonton sekali tayang di bioskop. Ada film yang bisa mencapainya cuma seminggu doang, ada juga yang butuh waktu tiga atau empat minggu, hingga waktu penayangannya di layar lebar habis.
Malahan, ada beberap film Indonesia yang bisa mencapai angka dua juta rupiah dan waktu penayangannya diperpanjang lantaran penonton engga ada hentinya berdatangan. Meski keliatannya angka itu cukup gede, kalo dibandingin total populasi Indonesia itu masih engga ada apa-apanya.
Misalkan satu film ditonton 2 juta orang, masih ada sekitar 248 juta lagi yang belum nonton. Liat kan? Masih banyak kesempatannya.
Jumlah bioskop
Satu hal lagi. Indonesia juga kekurangan bioskop, gaes. Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf seperti dikutip Republika.co.id, Februari lalu, bilang kalo di Indonesia baru ada 1.117 layar bioskop.
Jumlahnya setara sama total layar bioskop di Kota Beijing, Tiongkok. Dengan total 250 jutaan penduduk, Pak Triawan memprediksi Indonesia paling engga butuh 10 ribu layar bioskop supaya semua orang dan film kebagian diputer.
Ya, gaes. Film Indonesia suka lama muncul di bioskop karena kalah tempat dan persaingan sama film-film Barat. Diperkirakan, sekitar 80 persen jam operasi layar bioskop Indonesia dipakai buat muterin film Barat.
Salah satu penyebabnya udah pasti karena penonton lebih suka film Barat. Kenapa begitu? Karena film Indonesia dinilai engga bagus. Kenapa bisa engga bagus? Karena jarang ada rumah produksi bikin film bioskop. Kenapa jarang ada film Indonesia di bioskop? Karena engga dapet lapak. Jadi deh ‘lingkaran setan.’
Persebaran bioskop
Letak 1.117 layar bioskop itu juga engga merata. Hampir semuanya berada di kota-kota besar, terutama di daerah ibu kota negara dan provinsi. Warga di Bandung pastilah lebih mudah nemuin bioskop daripada mereka yang ada di Sumedang.
Di daerah Indonesia Timur juga bioskop jadi sebuah hal langka. Kalo televisi, mereka punya. Pada akhirnya, mereka penasaran sama film-film Indonesia lantaran sering diperbincangkan di berbagai media sosial.
Ya, gaes. Penduduk di daerah juga jago internetan. Engga percaya? Buktinya demam “Om, Telolet, Om” melanda dunia karena orang-orang di daerah sering upload kelakuan mereka ke medsos.
Karena minatnya film Indonesia tetep tinggi bahkan setelah filmnya ditarik dari berbagai bioskop, stasiun televisi berani ngebeli hak tayang film-film tersebut. Harga 500 juta hingga 2 miliar buat satu film engga jadi masalah.
Warga di daerah yang pada punya televisi bisa menonton film-film Indonesia. Banyak iklan engga jadi masalah selama mereka bisa ikut terlibat perbincangan dan hype-nya di media sosial.
Rumah produksinya satu grup sama stasiun televisi
Hal terakhir yang bikin mudah penayangan film bioskop di televisi adalah faktor rumah produksinya. Sejumlah production house (PH) film bioskop dikelola juga oleh grup stasiun televisi, gaes.
Misalnya, MNC Pictures yang udah jelas satu grup sama RCTI, MNC TV, dan Global TV. Pastinya film produksi PH itu bakal tayang dan diputer ulang di tiga stasiun televisi tersebut. Sama seperti film-film PH Screenplay yang nantinya bakal diputer berulang kali di SCTV karena keduanya satu grup.
Udah pasti, film yang berisi bintang-bintang kece yang bakal dapet banyak slot dan ditonton jutaan pemirsa televisi. Cara itu juga lah yang bikin rating stasiun televisinya naik.
Kira-kira, kayak gitu deh alasan film-film bioskop Indonesia cepet banget tayang di televisi. Gimana menurut Kawan Muda? Kalo ada pendapat lain, langsung aja tulis komentar kamu di bawah ini. Biar sama-sama tau dan pinter bareng. He-he. (sds)