Genmuda – Film bagus gak lekang oleh waktu, bahkan setelah berusia lebih dari 10 tahun. Justru sebaliknya. Makin sering ditonton, makin banyak detil baru yang memperkaya filmnya. Selain itu, makin disadari juga kalo beberapa adegan sebenernya nyimpen makna kiasan yang nyentil banget tentang kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah “Spirited Away” (2001). Karya sutradara Hayao Miyazaki yang didistribusiin Studio Ghibli itu tayang di Prancis setahun setelah rilis di Jepang. Kemudian, disulihsuarakan pake Bahasa Inggris untuk tayang perdana di Amerika Serikat sekitar 2003.
Pemutarannya pun diulang-ulang terutama saat ada festival, misalnya pada 12-13 Agustus lalu di rangkaian acara World of Ghibli Jakarta. Karena film tentang petualangan cewek berusia 10 tahun ini epik, gak ada salahnya Genmuda.com bahas kali ini. Cekidot.
Awal yang tenang tapi juga menakutkan
Chihiro Ogino (Rumi Hiiragi) bete karena doi harus pindah sekolah ke tempat baru mengikuti kedua orangtuanya, Akio Ogino (Takashi Naitou) dan Yuuko Ogino (Yasuko Sawaguchi). Dalam perjalanan darat ke tempat baru, bokapnya salah belok sehingga mereka kesasar di tengah hutan sampe akhirnya tiba di sebuah gerbang.
Karena hari masih siang, si bokap ngajak keluarganya menjelajahi area dalam gerbang kuno itu. Meski awalnya Chihiro ketakutan, bujukan nyokap bikin doi tenang dan eksplorasi tempat bersejarah pun di mulai. Sebuah ruang tunggu mirip stasiun menyambut mereka setelah melewati gerbang masuk. Pintu keluar ada di seberang.
Hamparan padang rumput dan cahaya mentari sajikan pemandangan keren ketika Keluarga Ogino keluar melalui pintu itu. Penjelajahan terus berlanjut hingga akhirnya mereka tiba di sebuah kawasan perumahan kuno yang dibangun mirip seperti taman hiburan. Semua rumah dan toko tutup kecuali satu rumah makan prasmanan.
Meski gak ada pelayan dan kasir toko, keluarga Ogino kecuali Chihiro langsung menyantap aneka menu dengan lahap saking laparnya. Perhatian Chihiro meleng sebentar untuk ngeliat sepinya area hiburan tradisional itu. Ketika perhatiannya kembali ke rumah makan, bokap-nyokapnya berubah jadi sepasang babi.
Chihiro bingung dan panik. Doi lari ke sebuah gedung pemandian yang letaknya di jantung area hiburan itu untuk minta pertolongan. Namun sayang, penyihir Yubaba (Mari Natsuki) yang berkuasa di kawasan itu gak mau ngasih bantuan secara cuma-cuma. Chihiro harus bekerja di tempat pemandian sebagai pelayan.
Dengan polosnya, cewek berusia 10 tahun ini pun memulai petualangannya di sebuah tempat yang ternyata merupakan dunia hantu. Apabila terlambat menyelesaikan misi yang diberikan Yubaba sedikit saja, maka Chihiro akan terjebak di dunia lain dan kedua orangtuanya gak bakal berubah jadi bentuk semula.
Cerita bercabang
Film yang menang Piala Oscar 2003 ini berisi cerita yang bercabang banyak. Usaha Chihiro nyembuhin kutukan yang nimpa bokap-nyokapnya berjalan sangat terjal karena terhambat berbagai sebab. Terutama, karena kehadiran Kaonashi si arwah rakus tak berwajah yang bisu dan Haku (Miyu Irino), temen Chihiru di dunia arwah.
Saking bercabangnya, tiap tokoh juga ditampilkan dengan banyak kepribadian. Kayak manusia di dunia nyata aja. Kepribadiannya kadang baik suatu waktu, namun bisa berubah kejam karena satu dan lain hal. Lagi-lagi, cuma Chihiro doang yang beda. Doi ditampilin polos dan apa adanya dari waktu ke waktu.
Dalam percabangan cerita itu, Hayao Miyazaki dan tim bermain-main dengan plot twist. Jadi, bersiaplah menerima kejutan-kejutan kecil sepanjang film ini berlangsung hingga akhirnya ada kejutan yang terbilang besar di akhir cerita.
Detil sedetil-detilnya
Bukan film Studio Ghibli namanya kalo gak dibuat dengan detil. Misalnya, kebiasaan anak kecil Jepang untuk menapak-napaki ujung sepatu ke tanah setelah memakainya. Pada satu adegan, Chihiro melakukan itu untuk ngepasin posisi kaki di dalam sepatunya.
Dialog-dialog gak penting yang mendetilkan suasana juga disisipkan di sana-sini. Contohnya, saat Chihiro engga jawab ketika ditanya mbak-mbak bernama Rin (Yumi Tamai) untuk pertama kalinya. Selayaknya orang dewasa yang dicuekin anak umur 10 tahun, mbak-mbak itu ngomel, “Kalo ditanya tuh jawab biar sopan!”
Meski begitu, Hayao Miyazaki masih sempet masukin adegan-adegan “kosong.” Ada momen ketika Chihiro cuma bengong memandangi langit malam dan hamparan air pasang tanpa monolog ataupun dialog selama beberapa puluh detik. Adegan hampa itu sukses nunjukin kegalauan, keresahan, dan kerinduan Chihiro pada dua orangtuanya.
Kalo jadi animasi berseri, “Spirited Away” mungkin bisa dipecah hingga jadi beberapa episode. Apabila ditulis sebagai novel, tebalnya bisa sampai ratusan lembar karena berbagai detil dan percabangan cerita. Pada intinya film ini yang gak akan ada matinya, dan tetep asik buat kamu tonton.
(sds)