Genmuda – Showcase live perdana musisi Gerald Situmorang hadirkan suasana sendu ke dalam konser musiknya di RUCI Artspace, Jakarta, Selasa malam (26/10). Selain mempertontonkan aksi permainan gitarnya, sorotan penonton juga tertuju ke lukisan, foto, dan seni instalasi yang dipamerin.
Total 8 karya pameran itu terinspirasi dari tema besar album ‘Solitude’ Gerald Situmorang (Gesit). Selain foto artwork album, pameran juga tampilkan seni instalasi, lukisan abstrak, dan panel tipografi yang menjelaskan proses kreatif pembuatan album solo perdana Gesit ini.
Risa Kumala Sita merupakan nama di balik lukisan dan seni instalasi tersebut. Dalam memproduksi karyanya, doi dibantu oleh Alsa Salsabila. Bahkan ada pulu karya yang konsepnya lahir dari dua seniman tersebut.
Konser yang intim
Setelah puas melihat dan merasakan curahan hati Gesit lewat pameran, suara Iga Massardi terdengar di pengeras suara dan menyapa pengunjung. “Silakan duduk di rumput ala-ala ini, dan marilah kita sambut… Gerald Situmorang!” ujarnya.
Suasana sontak gelap karena cuma sebuah lampu sorot ke arah Gesit yang dinyalakan. Gitaris itu pun langsung mainkan lagu ‘Raining Flowers’ dan ‘Two Worlds.’ Sepanjang konser, wajah Gesit jarang terlihat karena rambut gondrongnya menghalangi sorotan lampu.
Meski begitu, ekspresi penghayatan cowok satu ini terlihat jelas ketika doi mendongak di momen-momen klimaks tiap musik. Engga lupa, Gesit pun tetap menyapa, becanda, dan ikut ‘ngecengin’ orang yang berisik di ruang sebelah bersama penontonnya. Pokoknya benar-benar intim banget deh Kawan Muda.
Sisi lain Gerald Situmorang
Selain adanya pameran, hal baru yang terlihat dari showcase ‘Solitude’ ini adalah sisi lain Gerald Situmorang. Musisi yang biasa gesit (kelakuannya juga gesit, bukan cuma namanya) bersama Barasuara, Monita, dan Gerald Situmorang Trio ini tampilkan sisi sendu gundah-gulana di atas panggung.
Album ‘Solitude’ dibuatnya setelah mengalami kehilangan. Seperti diungkapkannya lewat berbagai siaran pers dan dikutip media, “Solitude dibuat karena studio favorit tempat biasa latihan tidak ada lagi. Studionya ada di rumah Marco (drummer Barasuara), tapi dia pindah rumah.”
Kepada rekan-rekan wartawan, doi bilang kalo sosok mellow di atas panggung adalah sisi lainnya. “Aku cuma ingin kasih tau, seperti itulah seorang Gerald Situmorang saat ini,” ujarnya. Perbedaan persona Gesit di panggung Barasuara dan panggung solonya ibarat dua sisi koin yang berbeda.
Lantas gimana sosok Gesit menurut rekannya?
Risa Kumala Sita yang dipercaya mengadaptasi lagu-lagu ‘Solitude’ jadi seni rupa bilang, “Gesit tuh orangnya suka berpikir. Gak baper juga sih anaknya, tapi dia biasa memikirkan satu hal dalam-dalam. Perasaannya itu pun bisa terasa dalam album ‘Solitude’.”
Istri Iga Massardi itu bilang kalo lagu ‘Why?’ dan ‘Gone’ adalah dua lagu yang “paling ngena” menurutnya. Doi pun ngebuat karya rupa dua lagu itu sambil muter lagunya terus-menerus. Lebih lanjut, lagu ‘Puzzles in Mind’ merupakan lagu yang paling cepet dibuat konsep adaptasinya.
“Gesit sering cerita ke gue soal studio Marco yang udah ga ada itu. Berdasarkan kisah serta lagu di albumnya itu lah karya-karya di pameran ini bisa ada,” pungkas Risa Kumala Sita.
Selain itu pula dalam acara ini juga dihadiri oleh Monita Tahalea yang ngeband bareng Gesit di Monita & The Nightingales. Cewek cantik ini pun ngerasa kalo instalasi diorama studionya Marco yang paling ngena.
“Aku bisa ngerasa nostalgianya Gesit waktu masih sering ngumpul, rekaman lagu, dan bareng temennya di studio Marco itu. Tapi sayang, sekarang studionya udah ga ada lagi,” ujar dia.
Iga Massardi Barasuara pun dateng memberikan dukungan moril buat Gesit. “Yah… Lumayah, lah,” kata doi bercanda terus disusul tawa lepas. “Gue kenal Gesit dari awal sebagai gitaris meski di Barasuara dia jadi basis. Menurut gue sudah sepatutnya dan pada habitatnya lah doi bikin album solo gitar sendiri,” kata doi kali ini serius.
Tiga hari
Showcase live perdana ini digelar selama tiga hari berturut-turut dari 25 – 27 Oktober di lantai 2 RUCI Art Space, Jakarta. “Aku sengaja gak bikin acara pas weekend. Karena, di hari-hari itu orang biasa punya acara lain,” kata Gesit yang optimis pendengarnya akan menyempatkan waktu di hari kerja.
“Sejauh ini, respon penontonnya gokil. Liat aja tepuk tangannya. Mereka juga mau waktu disuruh nyanyi berdeham padahal lagu-lagu yang dimainin gak ada liriknya,” ujar Gesit bersemangat.
Setelah rampung menyelesaikan promo albumnya di RUCI Art Space, Gesit berencana mengadakan tur ke sejumlah kota besar di Pulau Jawa sepanjang November. “Konsepnya akan mirip. Intim seperti ini. Tapi, aku belum bisa pastikan akan ada pameran lagi atau tidak,” pungkasnya. (sds)