Sabtu, 2 November 2024
StudentSekolah

Lewat MASETASIA, Siswa MAN Insan Cendekia Serpong Sabet Juara Pertama Samsung Solve for Tomorrow 2024!

Siswa MAN Insan Cendekia Serpong keluar sebagai juara pertama di ajang Samsung Solve for Tomorrow 2024 ©Genmuda.com

Genmuda – Siswa MAN Insan Cendekia Serpong berhasil meraih juara pertama di ajang Samsung Solve for Tomorrow 2024 (SFT 2024). Mereka adalah Muhammad Hammam Arfianda dan Muhammad Atha Kesaka Yusel yang mengusung ide mulia lewat situs MASETASIA (Masyarakat Sehat Tanpa Demensia).

Secara garis besar, situs ini menyediakan skrining potensi demensia untuk Kawan Muda maupun keluarga kamu sejak dini. Inovasi berbasis AI ini cukup mudah digunakan karena menggunakan gambar di situs. Pengguna juga bisa langsung berkonsultasi dengan psikolog melalui WhatsApp.

Menurut Hammam, ide proyek mereka berasal dari pengalaman pribadinya saat sang kakek mengalami demensia. Hal ini mendorongnya, bersama Atha, untuk menciptakan MASETASIA sebagai kontribusi mereka di SFT 2024.

“Untuk membangun MASETASIA, kami memerlukan waktu selama enam bulan, dengan empat bulan di antaranya dihabiskan untuk pengumpulan dataset,” jelas Atha dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/11/2024).

Dalam pengolahan data, kedua siswa boarding school ini juga melibatkan sejumlah instansi, seperti Alzheimer Indonesia dan Sudin Kesehatan Jakarta Selatan. Meski tingkat akurasinya belum mencapai 90%, mereka berharap dapat terus memperbaiki akurasi tersebut dengan menambah data agar MASETASIA bisa diaplikasikan di wilayah 3T yang minim fasilitas kesehatan.

Di sisi lain, Head of MX B2B Innovation Lab, Samsung R&D Institute Indonesia, Banu Pribadi, menjelaskan bahwa terpilihnya MASETASIA sebagai juara pertama tak lepas dari solusi masalah yang mereka tawarkan.

(ki-ka) Muhammad Hammam Arfianda, Muhammad Atha Kesaka Yusel, dan Banu Pribadi ©Genmuda.com

Banu, yang juga menjadi juri, menjelaskan bahwa selama program SFT 2024, para peserta tidak hanya mendapat dukungan dari mentor bisnis dan teknis, tapi juga didorong hingga tahap pembuatan prototipe.

“Produk terpilih harus melalui beberapa fase dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini outputnya baru berupa prototipe yang nantinya bisa dikomersialkan. Produk seperti ini merupakan bagian dari ekosistem yang menarik. Ini adalah solusi yang bisa dipadukan dengan B2B,” ujar Banu.

FYI, acara ini diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari siswa hingga dosen, yang dilatih sejak fase awal. Peserta diajari cara berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif untuk menyusun ide-ide inovatif. Singkatnya, ajang ini menjadi langkah penting bagi mereka yang ingin membuat perubahan nyata di dunia.

Pada tahun kedua ini, peserta dapat memilih tema pendidikan, lingkungan, atau kesehatan. Samsung juga menambahkan kategori tingkat (D3, D4, hingga S1), yang dimenangkan oleh tim Solyd Ias dari Universitas Brawijaya dengan inovasi Portable Kit D-Dimer Level Detector untuk membantu penderita kardiovaskular dengan risiko sudden cardiac death.

Menurut Government Relations & CSR Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono, selain memberikan kesempatan untuk mewujudkan impian mereka, ajang ini diharapkan menjadi wadah lahirnya inovator muda di Indonesia.

“Solve for Tomorrow juga memberikan penghargaan kepada para pemenang untuk bisa menjadi inovator muda dan membawa dampak positif di negara kita sendiri,” jelasnya.

Comments

comments

Saliki Dwi Saputra
Penulis dan tukang gambar.