Genmuda – Kamu pasti udah familiar dong dengan Wi-Fi? Yup, sebuah teknologi yang nyelamatin kita dari KanKer (Kantong Kering) akibat keseringan beli paket data. Bahkan sampai ada istilah Fakir Wi-Fi buat Kawan Muda yang hanya online kalau kalau ada hotspot gratisan. Nah sekarang ada lagi nih teknologi terbaru yang hampir sama kerjanya dengan Wi-Fi, yaitu LiFi.
Secara sederhana LiFi (Light Fidelity) adalah Wi-Fi yang menggunakan cahaya. Kalau menurut kamu ide ini cukup gila, tahan dulu, ada penjelasannya gaes. Pada dasarnya cahaya juga merupakan sebuah frekuensi pada gelombang elektromagnetik.
Yuk kita liat gambar di atas, terlihat di bagian sebelah kiri terdapat gelombang elektromagnetik yang disebut dengan radio waves dan microwaves. Sederhananya, semakin panjang gelombangnya, semakin jauh jarak yang bisa ditempuh, namun semakin sedikit pula data yang bisa dibawa melalui gelombang tersebut. Itu sebabnya ketika Kawan Muda denger siaran radio pake antena, pasti suaranya kurang jernih dibanding kamu streaming via internet.
Kalau di bagian sebelah kanan, ada spektrum gelombang yang namanya X-Rays dan Gamma Rays. Gelombang ini bisa bikin efek buruk untuk tubuh manusia. Lah kalau bahaya buat kita kok di rumah sakit sering digunakan ya? Tentu ada tata cara penggunaannya dan dengan kadar yang sudah ditentukan, lagipula engga semua orang bisa dicek kesehatannya menggunakan sinar ini.
Terus yang di tengah dan warna-warni itu apa? Itulah spektrum cahaya, warna-warni kehidupan yang bisa kita lihat dengan mata kita. Gelombangnya sendiri cukup pendek bila dibandingkan radio waves dan microwaves, sehingga ia tidak bisa memberikan sinyal yang jauh, bahkan tidak bisa menembus dinding, tapi jumlah data yang bisa ia bawa sangat besar.
Cara kerja LiFi kurang lebih sama seperti infrared yang ada di remote tv kamu. Data digital dikonversi menjadi serangkaian kedipan cahaya yang kemudian diterima oleh detektor dan dikonversikan kembali menjadi sebuah data digital.
Kalau infrared menggunakan cahaya yang tidak terlihat, sebaliknya LiFi menggunakan spektrum cahaya yang dapat dilihat buat mengirimkan data. Cahaya tersebut akan hidup dan mati dengan kecepatan yang tinggi, frekuensi yang berbeda, hingga warna yang berbeda pula.
Sumber cahaya yang paling ideal ada LED, dengan menambahkan papan sirkuit yang kecil ke dalam bola lampu LED, maka hampir semua lampu di rumah kamu bisa berubah jadi LiFi access point.
Nah, tadi kita udah berbicara mengenai transmiter-nya, sekarang kita bahas receiver-nya yuk. Dengan teknologi ini, hampir semua alat elektronik yang sering kamu pake, misalnya komputer, monitor, TV, tablet ataupun smartphone, bisa nerima sinyal dari LiFi. Yang dibutuhkan hanyalah implementasi receiver-nya.
Mayoritas HP sekarang misalnya, sudah memiliki ambient light sensor di bagian atas layar, cukup diganti dengan receiver multifungsi, atau tambah receiver mandiri, atau bahkan secara teori bisa saja kamera depan itu sendiri yang menjadi penerima sinyal LiFi.
Terus, engga pusing apa ngeliat cahaya LED yang kedap kedip ngirimin sinyal? Tenang gaes, mereka juga sudah mikirin itu, kedipan yang dihasilkan oleh LED tadi bakalan cepat banget, sampe-sampe mata kamu engga bakalan bisa deteksi itu LED lagi ngedip apa engga. Ditambah lagi, output cahaya yang dihasilkan bisa diminimalisir, seolah-olah LED tersebut tampak sedang dimatikan.
Bayangin, teknologi ini bukan cuma bisa diimplementasikan di gadget kamu, bahkan mobil kamu juga gaes. Dengan LiFi, setiap kendaraan bisa saja berkomunikasi melalui cahaya, dan bisa memprediksi lebih cepat mengenai informasi kecepatan, pengereman, perubahan jalur dan masih banyak lagi. Manfaatnya tentu akan banyak sekali, contohnya bisa menyelamatkan nyawa pengendara.
Buat sekarang LiFi masih belum bisa digunakan secara komersil, karena masih dalam tahap pengembangan. Tapi engga menutup kemungkinan kalau teknologi ini hadir dalam waktu dekat. So, gimana menurut kamu, apakah LiFi bakalan bisa ngegantiin Wi-Fi di masa depan? (sds)