Genmuda – Lima tahun setelah film pertamanya dirilis, kisah villain ikonik, Maleficent, kembali hadir ke layar lebar dengan judul “Maleficent: Mistress of Evil”. Sekuel kedua ini masih melanjutkan cerita di film pertamanya mengenai hubungan antara Maleficent dengan Puteri Aurora yang beranjak dewasa.
Kisah dan pesan menarik apa yang bakal disajikan oleh sutradara Joachim Rønning dalam film ini? Daripada lo penasaran, simak aja review tengah pekan dari Genmuda.com berikut ini!
Cinta anak dan orang tua
Awal film kita langsung diajak masuk ke hutan magis di kerjaan Moors tempat Aurora (Elle Fanning) tinggal. Di sinilah ia kemudian dilamar oleh pacarnya, Pangeran Philips (Harris Dickinson). Tanpa ragu Aurora lantas menerima pinangan Pangeran Philips.
Kabar ini lantas sampai di telinga ibu angkat Aurora, Maleficent (Angelina Jolie). Sebagai seorang ibu ia gak langsung memberikan restu dan percaya dengan niat baik Pangeran Philips. Belum lagi umat manusia membenci kaum Dark Fey dan selalu memerangi mereka selama ratusan tahun.
Walau berat Maleficent tetap merestui hubungan Aurora dan Pangeran Philips. Ia, Aurora, dan Dival (Sam Riley) kemudian diundang secara langsung oleh calon besan, yang gak lain adalah Raja John (Robert Lindsay) dan Ratu Ingrith (Michelle Pfeiffer) dari Kerajaan Ulstead.
Raja John kemudian memiliki harapan jika pernikahan ini akan menjadi simbol perdamaian yang akan menyatukan kedua kerajaan. Namun di sisi lain, Ratu Ingrith malah menyimpan kebencian dengan kaum Dark Fey dan para peri di Moors.
Masalah kemudian mulai pecah ketika Ratu Ingrith menyabotase acara makan malam. Ia sengaja memfitnah Maleficent dan memicu lahirnya perang serta kebencian di kedua belah pihak kerajaan. Maleficent pun dibuat tak berkutik karena sang ratu telah mengetahui kelemahannya.
Sederhana, tapi tetap ngena
Dalam segi cerita sebeneranya film ini gak terlalu wow, bahkan cenderung sederhana. Aurora bagaikan anak yang meminta restu ibunya buat menikah dan mengalami banyak cobaan jelang pernikahannya. Sementara itu Maleficent bagaikan ibu yang protektif dan gak mau anaknya disakiti oleh keluarga suaminya.
Menariknya konflik ibu dan anak inilah yang Genmuda.com yakini bisa menyentuh hati semua penonton. “Maleficent: Mistress of Evil” mengemas secara epik segala macam bentuk kebencian, dendam, hasutan, dan kasih sayang seorang ibu yang gak pernah ada habisnya. Selain syarat pesan ikatan cinta ibu dan anak, film ini juga menyajikan pesan pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan dengan apa yang terjadi pada hidup kita.
Akting Angelina Jolie sukses menghadirkan sosok ’emak-emak’ judes tapi sangat sayang dengan anaknya. Kharisma ‘jahat tapi cantik’ mantan istri Brad Pitt ini emang belum tergantikan sebagai sosok Maleficent.
Kesimpulan
Sejumlah teknologi CGI jelas turut mendukung jalan cerita “Maleficent: Mistress of Evil”. Gak cuma urusan kostum dan makeup doang ya, lo juga bakal dibuat terpukau oleh scene peperangan yang gak kalah epik dari film-film superhero. Jadi hematnya eksekusi film ini cukup mengesankan.
Sekali lagi, meski ceritanya klasik banget tapi pengembangan karakter dan konflik di film ini sukses menyentuh hati para penonton. Karena seperti yang penulis bilang, kasih sayang seorang ibu gak akan ada habisnya.
Jadi kalo ditanya bagusan mana dengan sekuel pertama? Penulis rasa sekuel kedua ini mampu memenuhi ekspektasi lo. Di Indonesia film ini tayang mulai Rabu (16/10). Happy watching!