Marvel Ngelirik Seniman, Komikus, dan Penulis Naskah Superhero dari Indonesia Lewat Acara Marvel Creative Day Out 2018
Genmuda – Kesempatan nongkrong bareng seniman dan petinggi Marvel digelar lagi di Indonesia dalam Marvel Creative Day Out, Jumat (12/1). Bertempat di Universitas Bina Nusantara Kampus Anggrek Jakarta, Marvel apresiasi kreativitas seniman Tanah Air sekaligus nyari bakat baru.
“Marvel selalu membuka pintu untuk seniman dari seluruh belahan dunia. Pertanyaannya sekarang, apakah kamu bersedia melangkah melalui pintu itu dan berkarya sesuai nilai yang turun-temurun dimiliki Marvel?” tantang CB Cebulski, Editor in Chief Marvel Comics.
Acara itu juga dihadiri Triawan Munaf selaku kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Allen Au-Yeung selaku Vice President Creative The Walt Disney Company area Greater China. Pihak Binus diwakilin Sermawan Syamsudin selaku Kepala Program Animasi dan Desain Visual.
Acara apa itu?
Marvel Creative Day Out (MCDO) 2018 berisi seminar dan pameran berbagai karya bertema Marvel. Hingga sayembara ditutup 15 Desember lalu, sekitar 300 karya diseleksi hingga akhirnya ditampilin sebagian.
Selain ngegambar ulang berbagai karakter Marvel sesuai identitas seniman, pameran itu juga berisi pahatan, karya instalasi, seni digital macam animasi, desain busana, hingga desain produk konsumsi publik.
Triawan Munaf sangat mengapresiasi para seniman yang memproduksi produk siap pakai. “Tadi saya lihat-lihat pamerannya. Di situ ada kursi dengan konsep tameng Captain America dan jubah zirah Iron Man. Sangat keren. Itu harus dikembangkan,” tutur beliau saat buka acara.
Harapannya, para penggemar Marvel gak melulu mengonsumsi tapi juga bisa berkreasi dan tunjukin diri lewat hal itu. “Nanti kami selaku perwakilan pemerintah bisa bantu soal lisensi dengan Marvel. Bukan begitu?” kata Pak Triawan sambil kode-kodein petinggi Marvel di area seminar.
Apa bagusnya karya seniman Indonesia di mata Marvel?
Sama kayak Pak Triawan, Cebulski cukup antusias ngeliat karya seniman Indonesia. “Saya sejujurnya belum sempat berkeliling area pameran, tapi saya sempat melihat lebih dari 300 karya yang diaudisi. Semuanya bagus-bagus,” tuturnya tanpa basa-basi.
Editor yang mengawali kariernya sebagai penggambar karakter itu bilang, seniman Indonesia mampu menorehkan identitas dan ciri khas masing-masing meski karya buatannya berupa karakter Marvel, bukan karya buatannya sendiri.
“Selain itu, tiap karya mampu bercerita hal yang dipahami semua orang, termasuk bukan penggemar superhero. Seperti itulah yang kami cari dari tiap seniman Marvel,” kata dia dengan mata berkilat-kilat. Pernyataan doi diamini Allen Au-Yeung.
Marvel nyari penulis cerita superhero dari Indonesia
Cebulski bilang secara gamblang, “Sejujurnya, kami sedang mencari penulis cerita superhero dari Indonesia. Akan menarik kalau dia mau bergabung dengan Marvel, mungkin sebagai penulis cerita superhero yang sudah ada atau membuat karakter baru. Siapa tahu, kan?”
“Karya seni visual hanya setengah dari keseluruhan komik. Kami juga butuh penulis cerita yang tak kalah kualitas narasinya,” tuturnya. Untuk lebih perjelas kualitas yang dicari dari penulis cerita, Cebulski punya kriterianya.
Kriteria penulis pilihan Marvel
“Cerita superhero Marvel tak pernah fokus tentang superheronya. Melainkan, tentang orang-orangnya, tentang Peter Parker, Tony Stark, atau Steve Rogers. Bukan tentang Spiderman, Iron-Man, atau Captain America,” kata Cebulski.
“Coba lihat film ‘Spiderman Homecoming.’ Itu adalah kisah bergenre drama remaja. Sementara itu, ‘Guardian of the Galaxy‘ bergenre fiksi ilmiah. ‘Captain America‘ tentu saja bergenre thriller mata-mata,” lanjutnya.
Satu pesan kriteria penting yang dicari Marvel dari para penulis ceritanya, adalah mampu nonjolin harapan dan inspirasi. “Cuma dengan begitu, tiap karakter Marvel jadi lebih hidup,” kata Cebulski.
Belum ada penulis cerita Marvel asal Indonesia
Ario Anindito, penciler dan inker komik “Wolverine” dan “Agents of SHIELD” bilang, Marvel belum pernah merekrut penulis cerita asal Indonesia. “Kalau tahun ini ada yang masuk, mereka jadi yang pertama,” tuturnya.
Berkaca dari pengalamannya, tantangan bagi kreator yang ingin memasukkan unsur baru (termasuk karakter baru) di Marvel adalah menyesuaikannya sama universe yang udah tercipta.
Terkait ritme kerjanya doi sehari-hari, Miralti Firmansyah selaku illustrator Marvel bilang, “Pihak Marvel pasti selalu memberi deskripsi detil untuk kemudian saya visualisasikan ke dalam gambar.” Dengan kata lain, penulis cerita pun gak boleh bikin naskah melenceng dari ketentuan.
Sunny Gho selaku colorist komik Marvel bilang, “Kerja di Marvel seru tapi bebannya sama kayak kerja di mana-mana. Saat ada koreksi, ya harus dikejakan segera. Bedanya, paling dari waktu kerja. Karena perbedaan waktu, biasanya kerjaan masuk pagi-pagi sekali tiap hari.”
Sementara itu, Yasmine Putri selaku character concept artist ngedorong semua kreator Indonesia supaya gak ragu “jemput bola.” Berkaca dari pengalamannya, “Aku dulu keterima di Marvel setelah kirim portofolio lewat sebuah comic con tahun 2014.”
Kalo kamu minat, gak perlu takut harus pindah ke Amerika Serikat selamanya, gaes. Soalnya, tugas-tugas dari Marvel bisa dirampungin dari jarak jauh, termasuk dari rumah kamu di Indonesia. Seru, kan? (sds)