Sabtu, 2 November 2024

Genmuda – Minat netizen teralihkan secara berjamaah antara 15 – 16 Mei 2018. Di tengah banjirnya posting ucapan “Ramadhan Kareem” dan bercuit tentang isu politik, ada yang memperdebatkan soal “Yanny atau Laurel.”

Apakah fenomena “Yanny atau Laurel”? Itu adalah…. click bait! Hahahah! Sumpah, itu cuma perdebatan un-faedah yang viral kayak perdebatan soal “dress hitam biru vs putih emas.”

Jadi gini ceritanya. Antara 15 – 16 Mei 2018, banyak netizen memposting sebuah audio klip lewat berbagai medsos. Sebagian mengaku audio itu ngomong kata “Laurel.” Sebagian bersikukuh kata yang diucap adalah “Yanny.”

Itu fenomena mistis ya?

Seandainya perbedaan pendengaran itu benar sebuah kisah mistis, pasti perdebatan “Yanny atau Laurel” akan jadi cerita menarik dinovelkan, difilmkan, kemudian disinetronkan.

Sayang satu triliun sayang, perbedaan itu terjadi karena alasan yang paling sepele. Yaitu, karena perbedaan gawai. Di ponsel, suara audio klip itu mungkin berbunyi “Laurel,” namun berubah jadi “Yanny” di gawai lain.

Kenapa bisa gitu?

Perbedaan bunyi itu ada hubungannya sama perbedaan spesifikasi speaker dalam memainkan audio klip berkualitas rendah itu. “Semua tergantung frekuensi yang keluar dan didengarkan,” terang Patricia Keating, peneliti laboratorium fonetik University of California Los Angeles (UCLA).

Lebih jelasnya, Jody Kreiman, pakar akustik UCLA bilang kalo gelombang pelafalan Yanny memang mirip dengan Laurel. “(Dalam Bahasa Inggris) Konsentrasi energi saat mengucap Ya mirip seperti La. N mirip seperti R; kemudian I mirip selerti L,” kata dia dikutip New York Times.

Asal muasal versi pertama

via wikimedia.org
SMA Lawrenceville. (Sumber: wikimedia.org)

Justru asal-muasal fenomena itu gak kalah serunya daripada perdebatan “Yanny atau Laurel.” Ada dua versi yang dikemukakan. Masing-masing versi punya aktor penyebar yang berbeda.

Versi pertama berasal dari penelusuran New York Times. Rekan-rekan wartawan di sana yakin banget perdebatan itu dimulai oleh Roland Szabo, remaja 18 tahun yang sekolah di SMA Lawrenceville, Amerika Serikat.

Awalnya, doi mendengar pelafalan kata “Laurel” di vocabulary.com. Namun, hal yang didengar temannya kok malah “Yanny.” Cuplikan suara dan kisah yang doi alami pun dicurhatin ke Reddit, 15 Mei.

Asal muasal versi kedua

via hallco.org
SMA Flowery Branch. (Sumber: hallco.org)

Versi kedua berasal dari penelusuran rekan-rekan wartawan di WIRED. Menurut mereka, perdebatan itu dimulai sejak 11 Mei oleh Katie Hetzel, anak baru di SMA Flowery Brach, Georgia, Amerika Serikat.

Demi menunaikan tugas kelas bahasa, doi mencari cara benar melafalkan kata “Laurel” di vocabulary.com. Doi kaget ketika kata di hadapannya justru dilafalkan “Yanny.”

Setelah dia tanya teman sekelas, ada yang setuju dengan Hetzel, ada yang tidak. Hetzel pun meng-InstaStory kan fenomena itu hingga akhirnya direpost anak-anak satu sekolah.

Satu hal yang pasti

Dari manapun dan siapapun yang kali pertama memposting perdebatan “Yanny atau Laurel” di medsos, perdebatan itu mulai viral berkat vlog Cloe Feldman, YouTuber asal Florida, Amerika Serikat.

Dia membahas fenomena tersebut pada vlognya. Tonton aja. Tapi, hati-hati salah fokus. Para cowok mungkin teralihkan sama paras cantik dan kepribadian seru Feldman sementara para cewek teralihkan sama outfit dan makeup yang doi pakai.

Mungkin, sebaiknya kamu nonton video itu setelah berbuka puasa, bro. Daripada-daripada, yekannnn….!!

Kesimpulan

Nah, kesimpulannya, audio klip itu sebenarnya sedang melafalkan “Laurel.”

Kawan Muda yang mendengar Yanny gak perlu sedih karena itu cuma menandakan bahwa speaker yang kamu pakai mengeluarkan suara dengan frekuensi yang berbeda dari yang bisa ditangkap telinga dengan jelas. (sds)

Comments

comments

Charisma Rahmat Pamungkas
Penulis ala-ala, jurnalis muda, sekaligus content writer yang mengubah segelas susu cokelat hangat menjadi artikel.