Genmuda – Zaman digital seperti sekarang banyak cara buat Kawan Muda nunjukin eksistensi diri kamu lewat sosial media. Dan, salah satu cara untuk nunjukin itu adalah dengan foto selfie.
Mau pergi jalan-jalan, hangout bareng temen, atau lagi gabut sekalipun, selfie bisa dengan mudah kamu lakuin. Biar sering dianggap sepele ternyata kebanyakan selfie, –apalagi diposting di media sosial, menujukan betapa mengkhawatirkannya kondisi seseorang.
Citra negatif
Hal itu didasarkan oleh studi yang diterbitkan dalam The Journal of Early Adolescence, dimana remaja yang sering posting foto selfie di dunia maya akan cenderung memiliki kesadaran yang tinggi akan penampilan mereka. Kesadaran yang dimaksud adalah tingginya risiko akan citra negatif mereka.
“Para remaja ini mencari pembenaran dalam hal penampilan fisik mereka. Sehingga mereka mungkin sudah lebih menekankan masalah pencitraan negatif sebelum memposting foto tersebut.” ujar Nancy S. Molitor, PhD, asisten profesor klinis psikiatri dan prilaku di Nothwestern University.
Laporan lain dari Media Common Sense di tahun 2015 juga menemukan bahwa remaja cewek menjadi khawatif bagaimana citra mereka saat dilihat orang lain di dunia maya. Terdapat 35% dari mereka merasa khawatir fotonya enggak menarik dan 27% khawatir saat melihat foto mereka sendiri.
Sedangkan 22% merasa sangat buruk ketika postingan mereka enggak mendapatkan perhatian, seperti jumlah likes atau komentar yang diharapkan. Dari laporan tersebut juga mengindikasi jika jumlah selfie yang diposting di media sosial akan melahirkan masalah lain seperti depresi, kecemasan, sampe bunuh diri di kalang remaja.
Batasi selfie
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian terbaru dari Ilyssa Salomon, seorang doktor di Univeritas of Kentucky menyebut bahwa remaja narsis akan lebih mudah menyesuaikan apa yang mereka posting atau dilihat di dunia maya, daripada apa yang disadari oleh orang tua mereka. Oleh sebab itulah media sosial punya peran besar di zaman sekarang.
Namun, demikian Salomon memberikan solusi bahwa tidak semua remaja menggunakan media sosial dengan cara yang sama. Doi mengatakan bahwa banyak remaja yang mengalami perubahan fisik dan psikologis selama masa puberitas.
Dalam konteks tersebut dipaparkan pula olehnya, bahwa musuh utama masalah ini juga bukan perkara eksis di media sosial semata, namun perlu adanya kesadaran dari orang tua serta diri kita sendiri untuk mencari tau ‘aslinya’ diri kita dengan lebih bijak menggunakan media sosial. (sds)