Genmuda – Jumat (13/11) malam, kita dikagetkan dengan berita aksi terorisme yang terjadi di Paris, Perancis. Serangan beruntun dan terkoordinasi yang menggabungkan aksi bersenjata dan bom bunuh diri di Kota Cinta tersebut menewaskan lebih dari 120 orang.
Korban dari aksi terorisme ini tersebar di sejumlah titik. Selain di lokasi konser Teater Bataclan, beberapa restoran dan kawasan Stade de France juga menjadi korban. Selain korban meninggal, sekitar 250 orang dilaporkan terluka, 100 di antaranya dalam kondisi kritis. Seluruh dunia, dari berbagai agama, ras, dan bangsa pun bersama-sama mengutuk serangan mengerikan ini.
Perancis, salah satu negara terindah di dunia yang dikenal dengan keromantisannya ternyata engga luput dari beragam penyerangan dan aksi kejahatan. Dari daftar yang dirilis oleh Wikipedia, terhitung ada lebih dari sepuluh aksi teror yang pernah menyerang Perancis sepanjang abad 21 ini, dan enam diantaranya terjadi di tahun 2015.
20 Juli 2003
Dua serangan bom terjadi di kantor pemerintah bagian peninggalan sejarah dan adat di Kota Nice, Perancis. Aksi ini diklaim oleh Front Pembebasan Nasional Corsica (FLNC) dan menyebabkan sedikitnya 16 orang luka-luka.
8 Oktober 2004
Sebuah bom pernah meledak di Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) untuk Perancis di Paris, pada 8 Oktober 2004 dini hari. Bahan peledak tersebut disembunyikan di dalam bendera Indonesia. Beruntung, engga ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun 10 orang termasuk pegawai KBRI mengalami cedera dan luka ringan.
Di tahun 2012, tepatnya 21 Maret, bom kembali meledak di depan KBRI kita di Paris. Bom meledak pada pagi hari, sehingga engga ada korban jiwa ataupun luka-luka, hanya menyebabkan jendela-jendela gedung KBRI pecah. Pelaku pengeboman pada dua peristiwa ini adalah sebuah kelompok bernama Front Islam Perancis, jaringan Anshar Al Muslimin Maroko.
11 – 22 Maret 2012
Penembakan Toulouse dan Montauban adalah tiga rangkaian serangan yang menargetkan tentara Prancis dan warga sipil Yahudi di kota Montauban dan Toulouse di wilayah Midi-Pyrénées, Perancis pada Maret 2012. Serangan pertama terjadi pada 11 Maret, ketika seorang atlet terjun payung Muslim Perancis ditembak mati di Toulouse. Serangan kedua pada tanggal 15 Maret menewaskan dua tentara Muslim Perancis, dan menyebabkan beberapa orang lainnya terluka di sebuah mall Montauban. Pada tanggal 19 Maret, empat orang, termasuk tiga anak, tewas di sekolah Yahudi Ozar HaTorah.
Secara total, tujuh orang tewas, dan lima lainnya luka-luka, empat diantaranya mengalami luka serius. Sang pelaku, yang diidentifikasi sebagai Mohammed Merah, pemuda Perancis berusia 23 tahun keturunan Aljazair berhasil ditembak dan dibunuh setelah 30 jam dikepung polisi.
21 – 22 Desember 2014
Pada tanggal 21 Desember 2014, seorang pria di kota Dijon, Perancis ditangkap setelah menyerang lebih dari 11 pejalan kaki di lima wilayah kota tersebut. Dua orang korban mengalami luka serius. Pria berusia sekitar 40 tahun tersebut kemudian diketahui tidak normal dan sempat menjadi pasien di rumah sakit jiwa.
Satu hari setelahnya, tanggal 22 Desember 2014, seorang pria di kota Nantes juga menyerang lebih dari sepuluh pejalan kaki di sebuah pasar, dan kemudian mencoba bunuh diri dengan menusuk dirinya sendiri. Satu orang korban dinyatakan meninggal setelah sempat dilarikan ke rumah sakit.
Serangan itu terjadi sehari setelah serangan di Dijon, dan dua hari setelah upaya penusukan kepada seorang polisi di Tours. Meskipun tiga serangan tersebut diduga tidak memiliki kaitan satu sama lain, pemerintah Perancis mengerahkan 300 tentara ke jalan-jalan untuk meningkatkan keamanan negaranya setelah kejadian ini.
7 Januari 2015
Di bulan Januari yang lalu, dua orang bersenjata menyerang kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo di Paris, menewaskan 12 orang dan melukai 11 orang lainnya. Serangan itu terjadi sebagai Said dan Cherif Kouachi atas publikasi kartun yang mereka yakini menghina Nabi Muhamad. Keduanya pun lalu tewas tertembak dalam pertikaian dengan polisi di Dammartin-en-goele dua hari setelah insiden.
26 Juni 2015
Sebuah serangan teroris terjadi pada 26 Juni 2015 di Saint-Quentin-Fallavier. Seorang pembantu keturunan Afrika Utara, Yassine Salhi, memenggal majikannya dan meledakkan sebuah pabrik gas di Saint-Quentin-Fallavier, dekat kota Lyon, Prancis, yang menyebabkan dua orang terluka. Salhi ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan dan percobaan pembunuhan terkait dengan terorisme.
21 Agustus 2015
Insiden penembakan dan penusukan terjadi pada tanggal 21 Agustus 2015 atas sebuah kereta Thalys yang tengah melewati Oignies, Pas-de-Calais, Prancis. Kereta tersebut melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Paris melalui Brussels ketika pelaku melepaskan tembakan.
Pelaku sempat menyerang para penumpang dan menyebabkan tiga orang terluka, sebelum akhirnya berhasil diamankan para petugas. Insiden ini diyakini oleh polisi Prancis serangan teroris, meskipun pria bersenjata itu mengklaim motivasinya adalah perampokan karena kelaparan.
13 November 2015
Peristiwa ini menjadi serangan teroris tunggal paling mematikan dalam sejarah Perancis.
Apapun motif dan tujuannya, engga ada yang bisa membenarkan aksi teror dan penyerangan, terhadap siapapun, apalagi sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Semoga, kejadian-kejadian ini engga berulang lagi di masa mendatang, dan kita, seluruh manusia dimanapun kita tinggal, apapun agama dan kepercayaan kita, bisa saling menghargai dan bertoleransi satu sama lain.
Seperti sekarang, walaupun ‘City of Light’ tengah kehilangan cahayanya, the other world shining it up for Paris. #PrayForParis, and #PrayForWorld.