Genmuda – The Matrix Resurrections menjadi salah satu film baru yang tayang di bioskop. FIlmnya masih berlanjut dari trilogi The Matrix sebelumnya yang menjadi hits di awal tahun 2000-an.
Sejumlah aktor dan sutradara aslinya, Lana Wachowski, kembali ambil bagian di film ini. Terus apa yang menarik dari film ini? Berikut Genmuda.com ulas untuk Kawan Muda.
Neo yang kehilangan jatidiri
FYI, pada ending film sebelumnya diceritakan kalo Thomas Anderson alias Neo (Keanu Reeves) dan Tiffany alias Trinity (Carrie-Anne Moss) rela mengorbankan hidupnya untuk menyematkan Zion. Ending menggantung inilah yang berlanjut di awal film.
Neo diceritakan kembali ke dunia nyata dan menjalani hidup sebagai perancang game terkenal The Matrix. Dia bekerja di perusahaan yang dipimpin oleh Smith (Jonathan Groff).
Tapi karena merasa jenuh sama kesehariannya, Neo sempat alami depresi berat. Dia terus konsultasi sama seorang psikiaternya, The Analyst (Niel Patrick Harris), yang terus menekan keingin tahuan Neo soal The Matrix.
Akan tetapi Neo tetap bisa terhubungan dengan The Matrix. Terlebih dia betemu dengan lagi dengan Morpheus (Yahya Abdul-Mateen) yang membuatnya kembali mengungkap misteri The Matrix yang masih belum kelar.
Efek makin bagus, cerita makin ngebosenin
Film keempat The Matrix ini terlihat emang pengen menawarkan cerita yang penuh nostalgia. Penonton seolah disuguhin sama rangkuman tiga film sebelumnya secara padat dan tidak terburu-buru.
Sayangnya, buat penonton awam yang engga ngikutin trilogi The Matrix tentu sangat membosankan. Konflik film murni mengeksplor hubungan Neo dan Trinity yang murni sebagai jualan utama film ini.
Absennya pemain lawas seperti Hugo Weaving sebagai Agen Smith dan Laurence Fishburne sebagai Morpheus seolah bikin cerita film terasa kurang greget. Terlebih keduanya juga punya peran penting dan ikonik pada tiga film sebelumnya.
Karena peran Neo sebagai juru selamat dunia The Matrix sudah tuntas di film sebelumnya, gak heran kalo di sini filmnya terasa cuma flashback romansa Neo-Trinity dengan cerita klise yang lumayan maksa.
Beruntung sejumlah efek baku hantam dan tembak-tembakan di film ini cukup mengalami banyak kemajuan. Meski tidak wah, catatan tersebut kayaknya tetap menjadi poin plus buat fim ini.
Kesimpulan
Alih-alih menarik penonton baru buat mengikuti film The Matrix, The Matrix Resurrections malah seperti sekuel nostalgia yang sedikit maksa. Durasi panjang film seolah terbuang percuma dengan eksplor cerita yang serba nanggung.
Kehadiran para pemeran baru emang sengaja diplot untuk menjadi jembatan peluang film-film The Matrix di masa depan. Tapi terlepas dari itu penulis merasa film ini murni cuma jadi obat kangen dari kelanjutan kisah Neo dan Trinity.
Di Indonesia film ini udah mulai tayang sejak tanggal 22 Desember 2021. Penasaran? Tonton dulu aja trailernya di bawah ini!