GenMuda – Untuk yang gemar menonton film horor, tentu film yang berjudul Sinister (2012) tidak akan asing di telinga kamu. Nah, tahun ini kamu akan disuguhi dengan sekuelnya yaitu Sinister 2 yang dirilis pada 21 Agustus 2015. Melanjutkan film pertamanya yang terbilang cukup sukses, apakah Sinister 2 bisa memenuhi ekspektasi?
Sinister 2 kembali menampilkan horor yang ditimbulkan oleh Bughuul, sang boogeyman yang penampilannya bisa dibilang mirip King Diamond dan Michael Jackson. Kegiatan utamanya ialah merekrut anak-anak kecil untuk membunuh keluarga mereka sambil merekamnya menggunakan peralatan video yang antik.
Bughuul memiliki aturan yang cukup unik sebagai makhluk halus yang jahat, pertama sang calon yang akan direkrut diharuskan untuk menonton video-video pembunuhan sebelumnya, lalu keluarga tersebut hanya akan dibunuh setelah mereka pindah rumah. Mungkin ini untuk menjawab pertanyaan para penikmat horor yang biasa bertanya “Udah tau rumahnya berhantu, kenapa ga pindah aja?”.
Rumah berhantu kali ini merupakan sebuah gereja yang terletak di sebelah rumah tua di sebuah desa di Illinois. Courtney Collins (Shannon Sossamon) seorang ibu yang sedang berusaha untuk bersembunyi dari suaminya yang jahat (Lea Coco), tinggal bersama dua anak kembarnya yaitu Dylan (Robert Sloan) dan Zach (Dartanian Sloan). Suatu malam, Dylan yang dapat melihat makhluk halus didatangi oleh beberapa hantu anak kecil yang mengajaknya untuk menonton video karya mereka yang berisikan adegan pembunuhan.
Satu-satunya hal yang menyeramkan dari film ini hanyalah rekaman snuff films dalam video super-8. Selain mengagetkan dengan muncul secara tiba-tiba, Bughuul sendiri tampak tidak memiliki kekuatan, ia hanya mengandalkan anak-anak untuk melakukan ritual yang ia inginkan. Seolah-olah untuk menutupi kurang solidnya story dan kengerian yang ditawarkan, sang sutradara Ciaran Foy tampaknya terlalu mengandalkan jump-scares, yang justru semakin memperlihatkan kurangnya kadar serem film ini.
Sang tokoh utama Deputy So & So (James Ransone) yang sudah muncul pada film pertama, kini mendapat porsi lebih besar dibanding film sebelumnya. Ia berhasil memecahkan misteri cara kerja Bughuul dan berniat untuk menghentikannya dengan membakar rumah yang memiliki potensi terulangnya tragedi pembunuhan. Namun sayangnya, hubungannya dengan Courtney tampak terlalu dipaksakan. Padahal ini bisa menjadi nilai tambah dari segi cerita jika dikemas dengan lebih apik.
Pada akhirnya, film ini merupakan pengulangan dari Sinister, namun dikemas menggunakan perspektif yang berbeda, yaitu dari anak-anak yang menjadi korban (mungkin lebih tepat jika disebut pelaku). Dengan diungkapnya misteri yang mungkin sebaiknya tetap ditutupi, Sinister 2 menjadi sebuah akhir dari perjalanan Bughuul, in a very bad way.