Genmuda – Tren fashion sampai 2020 sangat dipengaruhi perkembangan teknologi. Lewat perangkat makin canggih dan terkomputerisasi, para pelaku industri fashion mampu menelurkan karya baru buat menyikapi dan memaknai kemajuan zaman.
“Keberadaan AI melahirkan berbagai pemikiran. Ada yang berusaha membentengi diri, ada yang menikmati, ada yang kembali membumi, dan ada juga yang memanfaatkan teknologi untuk berkreasi dan berkolaborasi,” kata Dina Midiani selaku Indonesia Fashion Chamber Advisory, Kamis (22/3).
Presentasi soal trennya itu jadi bagian Road to Muslim Fashion Festival. Sejumlah komunitas hijaber lintas usia hadir buat nambah ilmu. Sebagai pembicara, ada juga Vera Simatupang sebagai Product Category Manager Deterjen Total Almeera dan Lisa Fitriani selaku Project Director MUFFEST 2018.
Tren apa yang akan muncul?
Lanjut ke soal tren lagi, Dina memprediksi, tren sampai tahun 2020 berkembang sesuai pemikiran-pemikiran yang muncul saat menanggapi teknologi. Setelah dikerucutkan, konsep fashionnya ada 9 kategori, yaitu middle age, military, computerized pattern, sound pattern, nuansa warna plastik, nerdy, glow in the dark, tua tapi gaya, dan percampuran etnik.
“Saya bersama rekan tim Indonesia Trend Forecasting BEKRAF masih memetakan hal itu secara terperinci. Contoh looksnya masih kami riset. Hasilnya semoga bisa keluar sekitar April,” tutur Dina.
Menurut dia, pemetaan perkembangan tren penting banget bagi pelaku industri fashion. “Sehingga, tiap desainer dan brand mampu melebarkan produk mereka dengan konsep kuat, bukannya sekadar ikut-ikutan tren,” kata Dina menegaskan.
Buat para konsumen, konsep itu emang terasa kurang begitu penting. Kecuali, kamu emang pengen nge-mix n match gaya tanpa keliatan nabrak.
Ingin jadi yang utama
Dina merasa, pemetaan tren fashion, terutama tren fashion muslim hingga 2020 harus dilakuin sesegera mungkin. “Supaya, Indonesia tak dibalap negara lain dan sekedar jadi konsumen untuk kesekian kalinya,” tutur dia.
Dalam pemetaannya, negara tetangga yang juga ngebut bangun tren busana muslim adalah Malaysia. Di Timur Tengah, ada Dubai. Sejumlah brand mancanegara pun udah ngeluarin lini produk bernuansa Muslim.
“Jangan sampai, negara asing yang memanen jerih payah insan kreatif Indonesia dalam mengkreasikan busana Muslim. Indonesia harus jadi pusat tren busana Muslim dunia!” harap Dina.
Biar kesampaian, hasil pemetaan tren itu juga akan ditampilin di MUFFEST 2018 yang akan digelar 19-22 April. “Saya berharap, pegiat industri fashion Muslim bukan hanya jualan. Melainkan, ikut mengembangkan produk,” kata dia. (sds)