Sabtu, 2 November 2024

Genmuda – Walau engga begitu nyaman, engga praktis, dan kadang bisa bikin lecet atau bahkan sakit, high heels bisa memperindah penampilan. Awalnya hal itu pun sebenarnya engga cuma berlaku buat para cewek, tapi juga para cowok.

Heels saat ini emang udah jadi semacam kebutuhan buat banyak cewek (no offense, khususnya para cewek yang terbilang pendek). Meski begitu, heels aslinya ternyata dirancang buat cowok, bukan buat cewek kayak yang kita tahu sekarang ini.

Yang lebih menariknya lagi, heels dulunya engga dirancang buat dipakai jalan. Heels pada dasarnya justru dirancang sebagai sepatu berkuda, yang dipakai para cowok di Timur Dekat selama berabad-abad. Cewek jaman dulu akhirnya mulai nyobain pakai heels gara-gara mereka pengen kelihatan lebih androgini.

Sepatu berkuda Persia ditambahin heels supaya stabil (Sumber: Bata Shoe Museum)

Kok bisa begitu? Menurut Bata Shoe Museum di Toronton, heels pertama kali dipakai oleh penunggang kuda Persia buat ngebantu mereka ngamanin posisi di sanggurdi alias pijakan kaki yang tergantung di pinggir pelana. Di akhir abad ke-16, budaya Persia memicu sejumlah tren fesyen baru di Eropa, termasuk heels, yang dipandang jantan dan maskulin.

Nah, di abad ke-17, heels jadi populer banget buat raja Prancis, Louis XIV. Dengan tinggi beliau yang cuma sekitar 162 cm, heels jelas ngasih keuntungan tersendiri buat beliau. Heels dan sol sepatu beliau pun selalu berwarna merah, dicat dengan pigmen mahal yang nandain status dan kekayaan. (Mungkin kamu bakal teringat sama sol merah sepatu Christian Louboutin.)

Louis XIV senang pakai heels 10 cm (Sumber: Alamy)

Bukan cuma itu, buat ngebikin heels jadi makin spesial, di tahun 1670-an Louis XIV mutusin bahwa cuma anggota istananya aja yang boleh pakai sepatu dengan heels berwarna merah. Walaupun engga sah, heels imitasi tetap marak beredar.

Meski begitu, sekitar tahun 1630-an para cewek udah mulai motong rambut mereka, ngerokok pakai pipa, dan juga pakai heels buat ngeadaptasi gaya maskulin yang modis. Heels pun akhirnya jadi unisex sampai akhir abad ke-17, saat heels cowok berubah jadi lebih rendah dan lebih kuat, sedangkan heels cewek jadi lebih ramping.

Hingga memasuki Abad Pencerahan sekitar awal abad ke-18, fokus terhadap kepraktisan jadi lebih diutamain ketimbang fokus terhadap status pada fesyen cowok. Di tahun 1740, heels bahkan sampai dianggap sebagai sesuatu yang bodoh dan para cowok lantas berhenti pakai heels. Sekitar 50 tahun kemudian, para cewek juga ikutan berhenti pakai heels setelah Revolusi Prancis.

Heels pun baru kembali lagi ke dunia fesyen di pertengahan abad ke-19. Saat itu, heels ditampilin dalam foto-foto erotis cewek yang diambil oleh para pelaku industri pornografi Prancis. Menurut sejumlah pihak, itulah alasan heels sekarang dianggap begitu seksi.

So, gimana, Kawan Muda? Cukup terkejut dengan sejarah panjang di balik pemakaian high heels? Kalau udah tahu sejarahnya, mulai sekarang kamu engga perlu sampai heran dan heboh lagi ya kalau ngelihat ada cowok yang pakai high heels. (sds)

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer