Sabtu, 2 November 2024

Genmuda – Seiring berkembangnya dunia maya, fenomena beauty blogger/vlogger bisa dibilang udah bukan hal yang asing lagi di tanah air. Namun demikian, jauh sebelum fenomena tersebut mulai dikenal hype, Lizzie Parra justru udah lebih dulu memulai karirnya di bidang makeup.

Doi adalah salah satu makeup artist dan beauty blogger kenamaan Indonesia. Pemilik nama asli Elizabeth Christina Parameswari itu udah ngerintis karirnya di bidang makeup sejak tahun 2009. Doi pun belum lama ini baru aja ngeluncurin produk lipstik yang diberi nama BLP alias ‘By Lizzie Parra.’

Nah, buat kamu yang pengen tau lebih lanjut kayak gimana sebetulnya perjalanan karir Lizzie Parra sampai doi bisa jadi kayak sekarang ini, Genmuda.com baru-baru ini udah ngobrol banyak nih sama doi. Mulai dari tantangan sampai tips berkarir maupun berbisnis, semua udah doi bahas satu per satu. So, biar kamu engga penasaran lagi, berikut ini adalah hasil perbincangan Genmuda.com dan Lizzie Parra.

Genmuda: Halo Lizzie, bisa diceritain engga gimana sih awal mula kamu tertarik sama bidang makeup?

Lizzie Parra: Aku aslinya engga suka makeup-an. Itu kelihatan juga dari makeup aku sekarang yang engga terlalu heavy dan warnanya natural. Awalnya itu gara-gara waktu kuliah di tahun 2009 aku dapet tugas akhir salah satunya untuk bikin event. Aku sama teman-teman perempuan semua akhirnya memutuskan bikin beauty class. Waktu itu beauty class belum booming kayak sekarang, jadi kami masukin proposal ke berbagai brand engga semudah sekarang.

Dari kesuksesan event itu, ternyata aku dipanggil salah satu perusahaan produk kecantikan internasional buat tes masuk sebagai management trainee. Akhirnya aku diterima dan megang dua brand kurang lebih 1,5 tahun. Di situ, aku makin suka sama dunia beauty. Aku pun happy, soalnya aku kayak kerja sambil mainan.

Sampai akhirnya di tahun kedua atau ketiga, aku dipindahin ke bagian parfum. Aku engga begitu tertarik dan aku pengen berurusan lagi dengan makeup. Tapi, daripada aku balik lagi ke dunia makeup company, aku jadi makeup artist aja.

©Genmuda.com/2016 TIM
©Genmuda.com/2016 TIM

Waktu itu, aku sempat dilema. Kondisinya belum banyak makeup artist muda dan Instagram belum booming. Tapi, setelah penuh dengan pertimbangan, aku akhirnya memutuskan untuk cabut. Kalo aku stay, aku kayak berada di comfort zone dan aku kurang berkembang.

Kemudian, setelah bekerja hampir 2,5 tahun di perusahaan, aku akhirnya memutuskan keluar dan memulai karir baru sebagai makeup artist. Itu awalnya berat banget, karena aku biasanya dapet gaji tiap bulan. Setengah tahun pertama berdarah-darah lah. Uang pesangon abis buat beli makeup dan buat bikin networking yang baru.

Selain itu, orang ‘kan taunya aku sebagai orang brand, bukan sebagai orang makeup. Jadi, untuk membangun kepercayaan di awal juga susah. Untungnya, kebetulan aku pas di perusahaan lumayan kenal banyak orang media, jadi aku hubungin mereka.

Banyak juga yang baik nawarin buat makeup editorial dan semacamnya. Cuma, editorialnya itu letak masih terbilang kurang strategis di majalah, jadi kalo mau tau siapa yang makeup-in harus diamati baik-baik halamannya.

Selanjutnya, dari situ aku mulai dapat exposure lebih, jadi at least namaku mulai kelihatan. Kemudian aku naik lagi ke fashion spread dan ke beauty spread. Setelah itu, aku mulai kerja sama dengan fotografer untuk bikin pameran dan diajak brand untuk bikin campaign. Jadi, emang prosesnya waktu awal-awal itu engga seindah yang dikira.

Aku kebetulan orangnya juga suka sharing, kayak misalnya nyeritain tentang produk yang aku suka. Karena banyak yang nanya, aku lalu memutuskan buat nulis di blog. Padahal, awalnya lizzieparra.com itu dibikin untuk portfolio makeup aku.

Sampai kemudian, mungkin brand mulai notice kalo aku suka nge-review produk, jadi aku mulai diundang buat bikin beauty workshop atau jadi brand ambassador. Sejak itu, orang akhirnya tau aku sebagai beauty blogger. Aku pun udah mulai sering bikin video, cuma belum aku seriusin.

Beralih ke tahun 2015 awal, aku ngerasa kayak berada di comfort zone yang kedua, di mana umur aku udah engga lagi muda dan udah banyak beauty blogger/vlogger yang lebih muda sekaligus lebih banyak waktu buat bikin hasil karya yang kreatif. Aku merasa kayak aku perlu naik level dan cari comfort zone baru.

Akhirnya, aku memutuskan untuk bikin sesuatu. Hal itu mengingat orang-orang udah menganggap aku sebagai beautypreneur. Aku pengen orang-orang menyebut aku beautypreneur bukan hanya karena aku menjual service aja, tapi juga produk. Aku lalu R&D, mencari tau tentang dunia makeup dari sisi produsen. Aku melakukannya kurang lebih 1,5 tahun sebelum akhirnya aku memutuskan untuk bikin BLP.

Aku bikin BLP berdasarkan pengalaman-pengalaman aku sebelumnya. Agak aneh emang saat dulu aku ngerjain punya orang dan sekarang aku ngerjain produk aku sendiri. Cuma, aku happy banget, karena ternyata sambutan orang positif. Aku merasa kerja keras bersama tim selama ini terbayarkan.

 

Genmuda: Kalo boleh tau, dulu waktu kuliah jurusannya apa? Katanya belajar makeup-nya itu otodidak ya, Mba?

Lizzie Parra: Aku kuliah jurusan Marketing Business di Prasetya Mulya Business School. Terus, bisa dibilang aku 70-80% belajar makeup pada saat aku megang salah satu brand tadi. Aku suka ngelihat SPG-nya saat mereka lagi makeup-an dan saat lagi training. Abis itu, baru aku matangkan lagi kemampuanku di LaSalle sekitar dua bulan.

 

Genmuda: Terus, saat beralih dari perusahaan ke makeup artist, orang tua sempat kayak nentang gitu engga?

Lizzie Parra: Orang tua sih engga nentang, cuma mereka ngelihat karirku dulu bagus dan mereka tanya aku yakin atau engga. Ya biasa ‘kan, orang kalo ngelihat sesuatu yang udah bagus kenapa mesti ditinggalin. Akhirnya, sejak itu aku mulai ngasih lihat juga ke mereka kalo aku emang serius di situ dan mereka support.

 

Genmuda: Kalo buat tantangannya, berarti ada di cara munculin brand awareness atau ada yang lain?

Lizzie Parra: Tantangannya iya itu yang paling pertama. Semua orang ‘kan memulai bisnis baru pasti perlu brand awareness. Pas awal-awal dulu aku keluar dari perusahaan, orang ‘kan taunya aku sebagai orang brand, bukan sebagai makeup artist.

Selain itu, tiga bulan pertama aku keluar juga banyak godaan, dalam arti banyak yang nawarin aku masuk ke perusahaan mereka. Aku jadi kayak dilema buat ngambil atau engga. Tapi, akhirnya aku memutuskan berkomitmen dan tetap konsisten karena kayaknya potensi jadi makeup artist lebih besar.

©Genmuda.com/2016 TIM
©Genmuda.com/2016 TIM

Genmuda: Nah, untuk yang rebranding, itu gimana prosesnya? Sepenting apa sih rebranding buat karir?

Lizzie Parra: Penting banget. Orang dulu kenal aku sebagai Icil — maksudnya Elizabeth Christina Parameswari, orang yang memang bekerja di brand. Saat aku keluar dari situ, aku harus memikirkan gimana caranya supaya aku bisa terlihat fresh, lebih menjual, dan beda. Saat itu, aku dibantu sama satu teman aku yang emang orang desain grafis dan branding juga. Akhirnya, aku memutuskan menggunakan nama Lizzie Parra dari first name dan last name aku.

Tapi, dari awal untuk membangun branding-nya pun, itu juga dipikirin. Saat itu, aku membangun branding dari blog. Mulai dari cara penulisannya, warna yang dipakai, dan cara aku ngomong ke orang, itu benar-benar aku atur, supaya orang benar-benar nganggep aku sebagai seorang makeup artist sekaligus beauty blogger yang suka sharing, tukar pendapat, engga pelit ilmu, ramah, dan sebagainya. Dari awal aku emang berusaha mem-branding diri aku seperti itu.

 

Genmuda: Bisa dibilang kamu ‘kan beralih jadi makeup artist buat ngejar passion. Lantas, menurut kamu sepenting apa sih passion dalam berkarir?

Lizzie Parra: Penting banget. Kalo kita mengerjakan sesuatu tanpa passion, yang ada kita cepet capek, cepet nyerah, dan cepet engga semangat. Apalagi kalo lagi ada masalah, kita bisa keburu frustrasi duluan.

“Kalo mereka bekerja dengan passion, mereka akan mengerjakan sesuatu dengan lebih happy, engga ada beban, dan bisa punya lebih banyak ide.”

Itu kelihatan kok. Orang-orang yang emang bekerja hanya karena sekedar uang aja biasanya engga mau memberikan kemampuan maksimal mereka. Orang-orang yang bekerja dengan terpaksa itu juga jadi kayak engga kreatif. Kalo mereka bekerja dengan passion, mereka akan mengerjakan sesuatu dengan lebih happy, engga ada beban, dan bisa punya lebih banyak ide.

 

Genmuda: Tapi, saat perlahan jadi beauty blogger, sempat ada kekhawatiran soal persaingan dengan beauty blogger lain atau soal penerimaan pasar?

Lizzie Parra: Kalo aku sih engga ya. Jujur aja aku waktu itu menulis di blog atau sekarang pun sebagai beauty vlogger, itu karena aku emang suka sharing, suka nulis, dan suka bikin video. Jadi, aku pada saat awal bikin blog dan bikin video di YouTube tujuannya bukan untuk nyari uang, aku cuma pengen menyalurkan hobi.

Aku pun engga pernah merasa kayak takut tersaingi atau kekurangan viewers. Menurut aku, itu bukan tujuan utama aku.

 

Genmuda: Lalu, ada kayak kiat khusus gitu engga supaya seseorang bisa punya ciri khas?

Lizzie Parra: Itu sebenarnya kita gali di dalam diri kita masing-masing aja. Maksudnya, setiap orang ‘kan punya keunikan masing-masing. Engga ada salahnya untuk terinspirasi dari orang lain, tapi akan lebih baik kalo kita engga hanya mengkopi. Jangan takut juga untuk nanya orang, soalnya kadang-kadang orang lain lebih bisa ngelihat ciri khas kita daripada kita sendiri.

 

Genmuda: Kadang profesi di bidang makeup ‘kan masih suka dipandang sebelah mata, apalagi pas baru merintis. Kalo misalnya ada Kawan Muda yang ngalamin hal itu, menurut kamu gimana cara ngatasinnya?

Lizzie Parra: Aku dulu sering menghadapi hal-hal kayak gitu, sampai sekarang pun masih. Kalo aku harus bekerja dengan ibu-ibu misalnya, itu aku sering banget dibilang anak kecil lah atau apa di depan muka aku.

Aku sih balik lagi ke karya, jadi terserah mereka mau ngomong apa. Yang penting karya kita bagus dan bisa maksimal, nanti juga mereka lama-lama akan respect. Kalo Kawan Muda ada yang ngerasa dicemooh atau apa, cuekin aja. Yang penting kamu fokus dengan apa yang kamu kerjain.

 

Genmuda: Soal yang produk lipstik, tadi ‘kan katanya prosesnya 1,5 tahun. Kenapa akhirnya kamu milih lipstik dan sejauh mana keterlibatan kamu dalam nentuin segala macemnya?

Lizzie Parra: Sebenarnya lipstik itu adalah salah satu produk yang identik dengan seorang Lizzie Parra. Orang kenal aku karena review lipstik, makanya aku keluarin itu pertama kali. Selain itu, perempuan kalo ngelihat lipstik engga bisa bilang engga. Nanti kalo mereka udah happy dengan lipstiknya, baru aku coba keluarkan produk berikutnya.

©Genmuda.com/2016 TIM
©Genmuda.com/2016 TIM

Untuk aku sendiri, bisa dibilang aku 100% terlibat. Aku memilih warna, tekstur, dan packaging bareng desainer. Lalu saat kemarin baru launching, aku juga bantu ngedekor dan milih undangannya. Urusan customer service pun masih aku balas.

Intinya, aku pengen lebih kenal dengan customer aku. Jadi, kurang lebih 5 bulanan ini aku masih in-touch semuanya sendiri, dengan sekarang dibantu sama banyak tim juga.

 

Genmuda: Kalo soal jatuh bangun, dari 2009 itu kayak gimana?

Lizzie Parra: Jatuh bangunnya sih sebenarnya engga pernah yang parah. Cuma, ada momen di mana aku merasa kayak capek, engga ada waktu buat diri sendiri, dan kayaknya udah ketuaan. Aku kayak harus mikir lagi gimana supaya aku engga tenggelam dari yang muda-muda. Orang yang udah seumur aku gini ‘kan imajinasi dan kreativitasnya udah mulai menurun. Itu bukan downside, tapi lebih kayak tantangan.

Kalo misalnya makeup, aku sekarang ngerjain wedding aja. Lagi pula, aku sekarang kerjaannya juga banyak banget. Aku ngurusin BLP, vlogging, beauty influencer, speaker, dan makeup artist juga. Jadi, yang beratnya adalah aku bisa kerja Senin sampai Minggu tanpa libur. Yang harus dikorbankan jadinya ya waktu istirahat. Tidur aja aku masih mikirin besok aku mau ngapain. Tapi seru sih.

 

Genmuda: Tapi, kamu ‘kan juga udah berkeluarga. Gimana bisa bagi waktu di saat harus terus-terusan kerja dari Senin sampai Minggu?

Lizzie Parra: Kebetulan ‘kan suamiku juga kerja, jadi kami ketemu harus disempet-sempetin. Kayak misalnya weekend aku ada makeup pagi, siangnya kami gereja bareng. Makanya, aku tahun depan udah berkomitmen untuk sementara stop makeup dulu, jadi aku lebih fokus di BLP dan lebih ke influencer aja. Banyak kegiatan fisik yang aku kurangin supaya aku bisa lebih banyak istirahat dan otak lebih fresh.

 

Genmuda: Ada prinsip tersendiri engga dari kamu supaya bisa tetap bertahan sejauh ini dengan ciri khas sendiri?

Lizzie Parra: Prinsip aku sih aku sebenarnya ngejalaninnya dengan happy aja. Aku manusia, somehow aku pasti akan ngeluh capek atau stres. Selain itu, apapun yang aku kerjain aku mikirnya bukan cuma untuk saat ini.

“Menurut aku, bisnis itu bukan gambling, bisnis itu planning”

Jadi, dari awal istilahnya aku bukan one step ahead, tapi two step ahead. Jangan sampai kalo misalnya kita mau berbisnis atau mau kerja di dunia profesional kita engga punya planning. Menurut aku, bisnis itu bukan gambling, bisnis itu planning.

 

Genmuda: Sekarang ‘kan bisa dibilang kamu kayak menjadi ‘bos buat diri sendiri’. Apa sih plus minusnya? Ada pengalaman menarik sejauh ini?

Lizzie Parra: Plusnya sih banyak banget, karena kita bisa menuangkan ide dan mewujudkan apa yang kita mau semaksimal mungkin. Pokoknya apapun yang kita mau, itu bisa kita lakuin dan engga ada yang bisa nyuruh kita.

Cuma, downside-nya adalah kita ‘kan engga kerja sendiri, kita kerja sebagai tim. Gimana caranya supaya aku bisa mentransfer maksudku ke yang lain, supaya kami punya visi dan misi yang sama. Terus, belum lagi masalah waktu. Yang namanya pengusaha kayak aku gini istilahnya engga ada waktu libur. Tapi, Itu semua lebih kepada hal yang harus dikorbankan untuk bisa maju.

 

Genmuda: Siapa orang yang menurut kamu paling berjasa dalam perjalanan karir kamu selama ini?

Lizzie Parra: Yang paling berjasa ya orang tua dan suamiku. Banyak orang tua yang masih engga menyetujui anaknya buat mengejar passion-nya, tapi thank God orang tuaku mendukung banget. Demikian pula suami maupun seluruh anggota keluargaku yang lainnya, jadi ya semuanya dilancarkan. Apalagi sekarang adik aku juga udah join, jadi semuanya kami kerjain dengan happy.

 

Genmuda: Tiga kata apa yang bisa ngegambarin seorang Lizzie Parra?

Lizzie Parra: Kalo kata orang, aku orangnya passionate. Kedua, katanya aku positive energy. Ketiga, aku orangnya suka sharing, maksudnya aku engga pelit ilmu. Kalo orang mau nanya dari A sampai Z aku pakai produk apa buat wedding, ya aku akan jawab apa yang aku bisa dan emang pantas aku jawab.  

 

Genmuda: So, apa pesan buat Kawan Muda yang juga pengen merintis karir kayak kamu?

Lizzie Parra: Intinya kalo mau berbisnis ataupun mau merintis startup, yang pasti kita harus tau dulu kita mau bikin apa. Kita harus riset dulu, jangan kayak beli kucing dalam karung. Yang kedua, brandingnya mau dibuat kayak apa? Kita mau bikin orang melihat produk dan brand kita seperti apa? Jangan asal keluar aja, itu emang harus dipikirkan matang-matang.

Yang ketiga, networking kita harus kuat. Kita punya barang dan hasil karya bagus tapi orang engga ada yang tau, siapa yang mau beli? Yang keempat, kita juga harus terbuka dengan pendapat dan kritik orang. Kita sebaiknya mau terus berubah, karena dunia yang kayak gini perputarannya cepat banget. Yang terakhir, tetap rendah hati dan tetap berdoa. Kalo bisa jangan sampai takabur dan tetap berpijak di bumi.

Comments

comments

Gabrielle Claresta
Eccentric daydreamer